BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar ma'ruf
nahi munkar dan tajdid yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dalam
gerakannya, Muhammadiyah mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Untuk maksud dan tujuan tersebut Muhammadiyah melaksanakan dakwah amar ma'ruf
nahi munkar melalui segenap usaha. untuk memajukan kehidupan umat Islam dan
bangsa Indonesia, yang memberi makna bagi kehidupan umat manusia pada umumnya.
dan menghadirkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
Dari sejak semula Muhammadiyah menempatkan diri
sebagai salah satu organisasi yang berkhitmat menyebarluaskan ajaran Islam
sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qu`ran dan As-Sunah. Lewat gerakan dakwah,
Muhammadiyah membersihkan berbagai amalan umat yang terang-terangan menyimpang
dari prinsip-prinsip ajaran Islam. Muhammadiyah sebagai suatu mata rantai dari
gerakan tajdid dan tarjid yang diawali oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah
barang tentu ada kesamaan nafas, ruh, dan semangat, yaitu memerangi secara
total terhadap berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik, khufarat,
bid’ah, dan taqlid. Semua itu merupakan benalu beracun yang dapat merusak
aqidah dan ibadah seseorang.
Lebih lanjut pada makalah
ini kami akan menyampaikan Ciri-ciri Gerakan
Muhammadiyah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud Muhammadiyah Sebagai Gerakan
Islam?
2.
Apa yang dimaksud Muhammadiyah Sebagai gerakan dakwah Islam?
3.
Apa yang dimaksud Muhammadiyah Sebagai gerakan tajdid
dan tajrid?
BAB II
CIRI GERAKAN MUHAMMADIYAH
I.
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN ISLAM
Perserikatan
Muhammadiyah dibangun oleh KH. A. Dahlan
sebagai hasil konkret dari telaah dan pendalaman beliau terhadap Al-Qur`anul
Karim. Faktor inilah yang sebenarnya menjadi faktor paling utama mendorong
berdirinya Muhammadiyah.
Sementara
faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang semata.
Dengan
ketelitiannya yang sangat memadai setiap mengkaji ayat-ayat Al-Qur`an, khususnya ketika
menelaah surah Ali Imran ayat 104, maka akhirnya melahirkan amalan konkret
yaitu lahirnya Perserikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini terus dikembangkan
terhadap ayat-ayat lainnya. Hasil kajian ayat-ayat tersebut, yang oleh KHR. Hadjid
dinamakan: ”ajaran KH. A. Dahlan”, didalamnya tergambar secara jelas sekali
ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiannya kepada Allah SWT.
Dari latar
belakang berdirinya Muhammadiyah, jelaslah bahwa sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah
itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi dan disemangati oleh ajaran-ajaran
Qur`an. Dan apa yang digerakan oleh Muhammadiyah tidak ada motif lain kecuali
semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan
yang real dan konkrit. Segala yang dilakukan Muhammadiyah baik dalam bidang
pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumah tanggaan, perekonomian dan
sebagainya tidak dapat dilepaskan dari ajaran-ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah
hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang real, konkrit, yang dapat dihayati,
dirasakan dan dinikmati oleh umat sebagai “rahmatan lil’alamin”[1]
II.
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN DAKWAH
ISLAM
Ciri kedua
dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai Gerakan Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi
Munkar. Ciri yang kedua ini telah muncul sejak dari kelahirannya dan tetap
melekat tak terpisahkan dari jati diri Muhammadiyah. Hal ini diakui oleh
beberapa pihak yang menyatakan bahwa Muhammadiyah terlihat sebagai pergerakan
dakwah yang menekankan
pengajaran serta pendalaman
nilai-nilai Islam.
Telah
dijelaskan sebelumnya bahwa faktor utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan
Muhammadiyah berasal dari pendalaman K.H. Ahmad Dahlan terhadap ayat-ayat
Al-Qur’an Al-karim, terutama surat Al-Imran ayat 104. Berdasarkan pada ayat inilah
Muhammadiyah meletakkan khittah/strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah
(menyeru,mengajak) Islam amar makruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai
medan atau kancah perjuangannya. Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah
masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai amal usaha yang
benar-benar dapat menyatuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga
pendidikan dari sejak kanak-kanak hingga perguruna tinggi, membangun sekian
banyak rumah sakit, panti-panti asuhan, dan sebagainya. Seluruh amal usaha
Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi untuk
perwujudan Islamiah, semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan yang
tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana (kendaraan)
dakwah Islam sebagaimana yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah Shahihah.
III.
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN TAJDID
DAN TAJRID
Ciri ketiga yang melekat pada
persyarikatan Muhammadiyah adalah
sebagai gerakan tajdid dan tajrid yaitu:
A.
Pengertian
1. Tajdid
Istilah tajdid berasal dari bahasa Arab yaitu jaddada,
yang berarti memperbaharui atau menjadikan baru. Kata ini pula bentukan dari
kata jadda, yajiddu, jiddan/jiddatan,
artinya sesuatu yang ternama, yang besar, nasib baik dan baru. Bisa juga
berarti membangkitkan, menjadikan, (muda, tangkas, kuat). Dapat pula berarti
memperbaharui, memperpanjang izin, dispensasi, kontrak.
Tajdid bermakna,
a.
Proses penggeseran
sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tutunan hidup masa kini.[2]
b. Menemukan
kembali substansi agama untuk pemaknaan baru dalam pengungkapannya dalam
suatu konteks baru yang berubah, baik melalui purifikasi maupun
dinamisasi. Purifikasi atau pemurnian ialah mengembalikan ajaran Islam
pada yang asli sebagaimana telah ditentukan segala sesuatunya secara baku dalam
Al-Quran dan As-Sunnah yang sahih khususnya yang menyangkut ibadah dan akidah.
Sedangkan dinamisasi atau pembaruan ialah memperbarui urusan-urusan keagamaan
sesuai pesan substansial (sesungguh-pen)
ajaran Islam, lebih khusus di bidang mu’amalat dunyawiyah [3]
Orang yang melakukan pembaruan disebut Mujaddid.
2.
Tajrid
Istilah tajrid berasal dari bahasa Arab berarti
pengosongan, pengungsian, pengupasan,
Pelepasan atau pengambil alihan.[4]
Sedangkan tajrid dalam bahasa Indonesia
berarti pemurnian. Istilah ini, tidak sepopuler ketika menyebut istilah tajdid,
sekalipun yang dimaksudkan adalah memurnikan hal-hal yang bersifat khusus.
Dalam ibadah kita tajrid, hanya ikut Nabi saw.
dan tidak ada pembaruan. Sedang dalam
muamalah kita tajdid, yakni melakukan modernisasi dan pembaruan.
B. Model-Model Tajrid dan Tajdid Muhammadiyah.
A. Model-Model Tajrid Muhammadiyah.
Dalam bidang
kepercayaan dan ibadah, Muhammadiyah senantiasa menekankan agar tegaknya Islam yang benar sesuai
yang dicontohkan nabi Muhammad SAW, tidak dirusak oleh berbagai macam bid’ah,
khurafat, dan tahayul yang dapat mengkikis nilai-nilai Islam itu sendiri.
Khurafat adalah kepercayaan tanpa pedoman yang sah
dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Hanya
ikut-ikutan orang tua atau
nenek moyang. Sedangkan
bid’ah biasanya muncul karena ingin memperbanyak ritual tetapi pengetahuan
Islamnya kurang luas, sehingga yang dilakukan adalah bukan dari ajaran Islam.
Misalnya selamatan dengan kenduri dan tahlil dengan menggunakan lafal Islam, upacara
selamatan, dalam berbagai peristiwa, seperti:
§
kelahiran, khitan,
§ perkawinan, kematian, pindah rumah, panen,
§
ganti nama, dan
sejenisnya.
Namun, diantara macam-macam selamatan yang paling
menonjol adalah selamatan kematian, yaitu terdiri dari tiga hari, empat puluh
hari, seratus hari,
dan kahul. Selamatan ini selalu diringi dengan membaca tahlil sebagai cara
mengirim do’a kepada si mayit. Bentuk khurafat lain yang biasa dilakukan adalah
penghormatan kuburan orang-orang suci, sambil meminta do’a restu, jimat, benda-benda
pusaka dianggap mempunyai kekuatan ghaib yang mampu melindungi..
Realitas sosio-agama
yang dipraktikkan masyarakat inilah yang mendorong Ahmad Dahlan melakukan
pemurnian melalui organisasi Muhammadiyah.
B. Model-Model Tajdid Dalam Muhammadiyah
a.
Kongkrit
dan produktif, yaitu melalui amal usaha yang didirikan, hasilnya kongkrit dapat
dirasakan dan dimanfaatkan oleh umat Islam, bangsa Indonesia dan umat manusia
di seluruh dunia. Suburnya amal saleh di lingkungan aktivis Muhammadiyah
ditujukan kepada komunitas Muhammadiyah, bangsa dan kepada seluruh umat manusia
di dunia dalam rangka rahmatan lil alamin.
b.Tajdid
Muhammadiyah bersifat terbuka. Maksud dari keterbukaan tersebut, Muhammadiyah
mampu mengantisipasi perubahan dan kemajuan di sekitar kita. Dari sekian amal
usahanya, rumah sakitnya misalnya, dapat dimasuki dan dimanfaatkan oleh
siapapun. Sekolah sampai kampusnya boleh dimasuki dan dimanfaatkan oleh siapa
saja. Kalau Muhammadiyah mendirikan lembaga ekonomi dan usaha atau jasa, maka
yang menjadi nasabah, partner dan komsumennya pun bisa siapa saja yang
membutuhkan.
c.
Tajdid
Muhammadiyah sangat fungsional dan selaras dengan cita-cita Muhammadiyah untuk
menjadikan Islam itu, sebagai agama yang berkemajuan, juga Islam yang
berkebajikan yang senantiasa hadir sebagai pemecah masalah-masalah (problem
solv), temasuk masalah kesehatan,pendidikan, dan masalah sosial
ekonomi.
Dengan demikian,
·
Tajdid dalam bidang muamalah yaitu berbasis
pada upaya dinamisasi, elaborasi, berbasis perubahan menuju capaian prestasi
yang berkualitas. Suatu saat nanti apa yang diusahakan Muhammadiyah hendaknya
tampil menjadi pusat-pusat keunggulan, seperti sekolah, rumah sakit, perguruan
tinggi, lembaga-lembaga ekonomi.
·
Sedangkan tajdid
dalam bidang akidah dan ibadah mahdah bukan dalam makna dinamisasi,
tetapi yang tajdid yang berwajah tajrid, yaitu purifikasi atau pemurnian
ajaran Islam. Artinya untuk masalah akidah dan ibadah mahdhah, hanya mencukupkan
diri dari apa yang dapat dirujuk pada al-Qur’an dan hadis atau apa yang
dicontohkan Nabi Muhammad saw.
Dengan
cara itu, manusia memiliki kesempatan untuk melakukan pengayaan makna dan
pendalaman hakikat dari fungsi agama Islam itu sendiri di tengah kehidupan.
Arah kita menjadi jelas, orientasi kehidupan individu dan masyarakat juga
menjadi jelas, basis nilainya menjadi jelas, meskipun kita hidup di tengah zaman yang rumit, terus berubah dan
berhadapan dengan keanekaragaman gejala kehidupan. Spirit rahmatan lil
alamin juga menjadi tidak mengawang-awang.
Fungsi
tajdid di bidang ini, adalah untuk membuat aktif dan hidup keimanan kita dalam
perilaku, dan tajdid Muhammadiyah tidak untuk membekukan keimanan kita dalam
perangkat formalisme istilah atau konsep belaka, sehingga keimanan kita akan
memiliki fungsi sosial yang kaya. Dalam konteks inilah, kita dapat memahami
kenapa begitu banyak ayat al-Qur’an yang selalu menggandengkan antara iman dan
amal saleh. Iman adalah pilihan teologis dan amal shaleh adalah ekpresi
teologis yang selaras dengan iman. Iman tanpa amal saleh akan kehilangan pijak
sosialnya, dan amal tanpa iman kehilangan arah dan tujuannya.
C. Pengaruh Pergerakan Pembaharuan Muhammadiyah Dalam Islam.
Kyai Dahlan melalui Muhammadiyah sungguh telah memelopori kehadiran Islam
yang otentik (murni) dan berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang
mengarahkan hidup umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat
bagi kehidupan. Islam tidak hanya ditampilkan secara otentik dengan jalan
kembali kepada sumber ajaran yang asli yakni Al-Qur‘an dan Sunnah Nabi yang sahih,
tetapi juga menjadi kekuatan untuk mengubah kehidupan manusia dari serba
ketertinggalan menuju pada dunia kemajuan.
Fenomena baru yang juga tampak menonjol dari
kehadiran Muhammadiyah ialah, bahwa gerakan Islam yang murni dan berkemajuan
itu dihadirkan bukan lewat jalur perorangan, tetapi melalui sebuah sistem
organisasi. Menghadirkan gerakan Islam melalui organisasi merupakan terobosan
waktu itu, ketika umat Islam masih dibingkai oleh kultur tradisional yang lebih
mengandalkan kelompok-kelompok lokal seperti lembaga pesantren dengan peran
kyai yang sangat dominan selaku pemimpin informal.
Organisasi jelas merupakan fenomena modern abad
ke-20, yang secara cerdas dan adaptif telah diambil oleh Kyai Dahlan
sebagai “washilah” (alat, instrumen) untuk mewujudkan cita-cita Islam. Mem-format
gerakan Islam melalui organisasi dalam konteks kelahiran Muhammadiyah, juga
bukan semata-mata teknis tetapi juga didasarkan pada rujukan keagamaan yang
selama ini melekat dalam alam pikiran para ulama mengenai qaidah “mâ lâ
yatimm al-wâjib illâ bihi fa huwâ wâjib”, bahwa jika suatu urusan tidak
akan sempurna manakala tanpa alat, maka alat itu menjadi wajib adanya.
Selama ini Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan
modern yang telah melakukan perubahan dalam kehidupan keagamaan, sosial,
budaya, dan politik. Selain itu, tajdid dalam pandangan Muhammadiyah merupakann
salah satu bentuk implementasi nilai
ajaran Islam setelah meninggalnya Nabi. Munculnya Gerakan tajdid sebagai
jawaban terhadap tantangan kemunduran yang dialami dan atau tantangan terhadap
kemajuan oleh kaum muslimin. Juga didasarkan pada landasan teologis yang
menyebutkan perlunya pembaruan setiap seratus tahun.[5]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian di atas dapat diambil kesimpulan,
§
Perserikatan
Muhammadiyah dibangun oleh KH. A. Dahlan, sebagai gerakan Islam berdasarkan hasil konkret telaah dan pendalaman beliau terhadap
Al-Qur`anul Karim. surah Ali Imran ayat 104,
§
Muhammadiyah sebagai
gerakan dakwah (menyeru,mengajak) Islam amar makruf nahi munkar dengan
masyarakat sebagai medan atau kancah perjuangannya. Muhammadiyah berkiprah
ditengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai amal
usaha yang benar-benar dapat menyatuh hajat orang banyak.
§
Tajdid dan tajrid yang
dilakukan Muhammadiyah sangatlah berarti untuk memurnikan serta meluruskan akidah
umat Islam yang menyimpang dari ajaran sebenarnya yakni
Al-Qur‘an dan Sunnah Nabi yang sahih,.
§
Kyai Dahlan melalui Muhammadiyah sungguh telah memelopori kehadiran Islam
yang otentik (murni) dan berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang
mengarahkan hidup umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat
bagi kehidupan.
B.
SARAN
Hendaknya
pembaruan selalu terjadi dan terus berkembang di dalam semua bidang, tidak
hanya terbatas pada bidang sosial. Semuanya yang dilakukan harus dijalankan
dengan tindakan nyata. Insya Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. Syamsul. M. 2005. Manhaj Ijtihad/Tajdid dalam
Muhammadiyah. dalam Mifedwil Jandra & Safar Nasir. Editor. Tajdid
Muhammadiyah untuk Pencerahan Peradaban. Yogyakarta. UAD Press.
Atabik. Ali dan A. Zuhdi Muhdlor, 1999. Kamus
Komtemporer. Yogyakarta: Multi Karya Grapika,
http//Wahyun
mawardi. Dosen AIK Stie muhammadiyah mamuju. MUHAMMADIYAH
SEBAGAI GERAKAN ISLAM YANG BERWATAK TAJRID DAN TAJDID. Diterbitkan oleh
Suparman Irawan.
http//jsnurul. November 12, 2012 muhammadiyah sebagai gerakan islam
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Mukhtarom,
Asrori. S.H., M.A dan Milana Abdillah, S.Pd.I. M.A. 2015. STUDI PEMIKIRAN K.H.
AHMAD DAHLAN. editor: Lukmanul Hakim S.Pd.I. M.Pd.I.
[1] http//jsnurul. November 12, 2012 muhammadiyah sebagai gerakan islam
[2] Asrori Mukhtarom, S.H., M.A dan
Milana Abdillah, S.Pd.I. M.A. 2015. STUDI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN. editor:
Lukmanul Hakim S.Pd.I. M.Pd.I. H. 2
[3] M. Syamsul Anwar. 2005. Manhaj Ijtihad/Tajdid dalam Muhammadiyah.
dalam Mifedwil Jandra & Safar Nasir. Editor. Tajdid Muhammadiyah untuk
Pencerahan Peradaban. Yogyakarta. UAD Press. H. 71
[4] Ali Atabik dan A.
Zuhdi Muhdlor, 1999. Kamus Komtemporer.
Yogyakarta: Multi Karya Grapika, H. 410.
[5] http//Wahyun mawardi. Dosen AIK Stie
muhammadiyah mamuju. MUHAMMADIYAH
SEBAGAI GERAKAN ISLAM YANG BERWATAK TAJRID DAN TAJDID. Diterbitkan oleh Suparman Irawan,