BAB I
PENDAHULUAN
§ Latar Belakang
Berbakti kepada kedua orang tua dalam wacana
Islam adalah persoalan utama, dalam jejeran hukum-hukum yang terkait dengan
berbuat baik terhadap sesama manusia. Allah Subhanahu Wa
Ta’ala sudah cukup menegaskan wacana ‘berbakti’ itu,
dalam banyak firman-Nya, demikian juga Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallam dalam banyak sabdanya.
Orang tua merupakan orang yang paling berjasa dan berperan
dalam kehidupan manusia terutama dalam hal pendidikan, tanpa perantara orang
tua manusia tidak akan ada dan tidak akan mengenal arti kehidupan di dunia
karena orang tualah yang pertama kali mengenalkan dan mengajarkan kepada
manusia akan arti kehidupan.
Betapa berjasanya orang tua dalam kehidupan manusia, maka
sudah sepatutnya manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Bentuk
berbakti kepada orang tua bisa berupa patuh dan taat pada perintahnya selama
masih dalam kebaikan, bertutur kata yang sopan, menjaga nama baik orang tua dan
lain sebagainya.
Berikut ini kami akan menyampaikan bebarapa hadis yang berkaitan
dengan berbakti terhadap orang tua, hendaknya hadis-hadis tersebut dapat kita amalkan
agar kita menjadi anak-anak shaleh dan shaleha yang dapat membahagiakan orang
tua kita.
BAB II
KEWAJIBAN ANAK TERHADAP ORANG TUA
1.
HADIS I
حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ
حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ
رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ
أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ
يَدْخُلْ الْجَنَّةَ
|
- Terjemahan
Telah menceritakan kepada kami Syaiban
bin Farrukh; telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Suhail
dari Bapaknya dari Abu
Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: Dia
celaka! Dia celaka! Dia celaka! lalu beliau ditanya; Siapakah yang celaka, ya
Rasulullah? Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: Barang Siapa yang mendapati
kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu dari keduanya, tetapi
dia tidak berusaha masuk surga (dengan berusaha berbakti kepadanya dengan
sebaik-baiknya).[1]
- الْمفْرَدَات (Kosa Kata)
1.
رَغِمَ = Celaka
2.
مَن = Siapa
3.
أَدْرَكَ
= Mendapatkan
4.
أَبَوَيْهِ =
Orang tuanya
5.
عِنْدَ الْكِبَرِ = Usia lanjut
6.
أَحَدَهُمَا = Salah
satu dari keduanya
7.
يَدْخُلْ = Masuk
- Syarah Hadis (Penjelasan)
Di dalam hadis ini ada anjuran untuk berbakti kepada kedua orang tua,
dan berbakti kepada kedua orang tua memiliki pahala amat besar. Artinya: bahwa
di dalam berbakti kepada keduanya di saat mereka sudah semakin tua dan lemah,
baik dengan memberikan khidmat kita kepada mereka ataupun memberikan nafkah
kepada mereka menjadi sebab masuk ke dalam surga, maka barangsiapa yang
menguranginya berarti dia kehilangan kesempatannya untuk masuk surga dan Allah
akan menghinakan dirinya.[2]
D. Kesimpulan.
Barangsiapa yang tidak segera mengambil kesempatan untuk
berbuat ihsan kepada keduanya terlebih lagi di masa tua mereka maka akan sangat
rentan menjadi hina dan rendah keadaannya.[3]
2.
HADIS II
AMALAN YANG PALING UTAMA DAN DICINTAI ALLAH.
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ
عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ
أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
|
A.
Terjemahan
Aku bertanya kepada
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang amal-amal yang paling utama dan
dicintai Allah? Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat
pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua
berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah.[4]
|
B.
الْمُفْرَدَات (Kosa Kata)
1.
الْعَمَلِ = Amalan
2.
أَحَبُّ = Dicintai
3.
عَلَى وَقْتِ = Tepat waktu
4.
بَرَّ = Berbakti
5.
الْوَالِدَيْنِ = Kedua
orangtua
6.
الْجِهَادُ = Jihad
Nabi
Muhammad Saw. menerangkan beberapa amalan utama lainnya, yaitu: Shalat
pada waktunya. Karena shalat mempunyai keutamaan waktu bahwa perbuatan yang sangat banyak mendatangkan pahala ialah
shalat tepat pada waktunya, karena dengan shalat tepat pada waktunya itu
berarti suatu ketaatan yang continue dan merupakan muraqobah
yang optimal (merasa selalu diperhatikan Allah). Selanjutnya adalah berbuat
baik kepada kedua orang tua (birrul walidain) sebagai hak mahluk
sesudah menunaikan hak Allah.[5]
|
3.
HADIS III
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
MEMPERPANJANG USIA.
مَنْ بَرَّ وَالِدَيْهِ طُوْبِي لَهُ وَزَادَ اللهُ فِيْ
عُمُرِهِ (روته البخاري)
- Terjemahan
Barang siapa berbakti kepada orang tuanya, beruntunglah dia,
niscaya Allah memperpanjang umurnya.[6]
B.
الْمُفْرَدَات (Kosa Kata)
1. بَرَّ = Berbakti
2. وَالِدَيْهِ = Kedua orang tuanya
3. طُوْبِي = Beruntunglah
4. زَادَ = Memperpanjang
5. عُمُرِ = Usia
- Syarah Hadis (Penjelasan)
Beruntunglah orang yang berbakti kepada orang tuanya, karena ridho
Allah berkaitan dengan ridho orang tuanya. Selain dari itu Allah Swt. akan
menambah umurnya. Yang dimaksud dengan ditambah umurnya ialah umurnya dipenuhi
dengan keberkahan dan amal-amal shaleh.[7]
4.
HADIS IV
CARA BERBAKTI KEPADA ORANG TUA.
اِحْفَظْ وُدَّ أَبِيْكَ لَا تَقْطَعْهُ فَيُطْفِئَ
اللهُ نُوْرَكَ (رواه البخاري)
A.
Terjemahan
Hormatilah teman yang disukai
ayahmu, janganlah kamu memutuskannya, karena Allah akan memadamkan cahayamu.
B.
الْمُفْرَدَات (Kosa
Kata)
1.
حَفِظَ-يَحْفَظُ =
Hormat
2.
قَطَعَ = Putus
3.
نُوْرَ = Cahaya
- Syarah Hadis (Penjelasan)
Hadis ini menerangkan tentang
keutamaan pahala berbakti kepada orang tua. Menghormati dan terus menjaga
hubungan dengan orang yang disukai oleh orang tua termasuk berbakti kepada
orang tua dan berbakti kepada orang tua besar pahalanya. Barangsiapa yang tidak
menghormati dan tidak mau berhubungan dengan orang yang disuka ayahnya, niscaya
Allah akan memadamkan cahayanya. Dalam hadis lain disebutkan: “Sesungguhnya
berbakti yang paling utama (kepada orang tua) ialah hendaknya seorang anak
bersilaturahmi kepada orang-orang yang disukai (menyukai) ayahnya.” Allah
memerintahkan untuk memelihara tali silaturahmi sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ
وَاتَّقُوا اللَّـهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا ﴿١﴾
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari
pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”[8]
Menyambung tali silaturahmi dengan
teman orang tua sama dengan berbuat baik terhadap orang tua, karena hal itu membuat mereka akan
mendoakan ayahnya. Di dalam riwayat lain ditambahkan “sesudah ayahnya
meninggal dunia”. Maksudnya, ketika kedua orang tua kita masih hidup,
mereka akrab dengan keluarga si Fulan. Nah, sekarang mereka telah meninggal
maka kitalah yang berkewajiban melanjutkan silaturahmi tersebut, mungkin dengan
datang ke rumahnya atau dengan cara-cara lainnya. Kalau kita di rantau orang,
jarang bertemu muka maka ketika pulang ke kampung, datanglah ke rumah
orang-orang yang dahulu dekat dengan orang tua kita, kalau bisa bawalah sebuah
bingkisan, meskipun kecil mereka akan senang, mereka akan menyebut nama orang
tua kita sambil mendoakannya.[9]
5.
HADIS V
CARA BERBAKTI KEPADA ORANG TUA YANG SUDAH TIADA.
مَنْ
أَحَبَّ أَنْ يَصِيْلَ أَبَاهُ فِيْ قَبْرِهِ فَلْيَصِلْ إِخْوَانَ أَبِيْهِ مِنْ
بَعْدِهِ.
(رواه ابو يعلى عن ابن عمر)
A.
Terjemahan
Barangsiapa yang ingin
bersilaturahmi dengan ayahnya yang telah wafat hendaknya ia bersilaturahmi
kepada teman-teman ayahnya.[10]
B.
الْمُفْرَدَات
(Kosa Kata)
1.
يَصِيْلَ = Bersilaturahmi
2.
قَبْرٌ = Kubur/Wafat
3.
أَخٌ = Teman
4.
بَعْدَ = setelah
C. Syarah Hadis (Penjelasan)
Salah satu cara berbakti kepada
orang tua yang telah tiada ialah menghubungkan tali silaturahmi dengan
saudara-saudara dengan teman-teman orang tuanya.[11]
Mengenai silaturahmi telah disampaikan pada
penjelasan hadis sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan,
Dari uraian hadis-hadis diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
manusia diperintahkan untuk selalu berbakti dan berbuat baik kepada orang tua
dalam hal kebaikan baik di waktu orang tua masih hidup maupun setelah wafat.
Berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain)
sebagai hak mahluk sesudah menunaikan hak Allah.
Berbuat baik kepada kedua
orang tua adalah suatu bentuk ibadah yang di utamakan dan merupakan salah satu syarat
untuk meraih surganya Allah.
B.
Saran
Sebaiknya mulai saat ini kita
menyadari bahwa kita tidak akan pernah ada dan bisa tumbuh seperti sekarang ini
kalau bukan karena kasih sayang kedua orang tua kita, oleh karena itu,
hendaklah kita selalu mentaati segala perintah kedua orang tua kita agar kita
hidup bahagia di dunia maupun di akhirat nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur`anul
Karim.
Al-Hadis.
Syarah an-Nawawi.
Al-Munawi, Faidhul Qodir.
A Husaini
Hasyim Majid, Syarah Riyadhush Shalihin, Jilid 2, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993.
Chaniago Alfis
M. H. Buya, Indeks Hadist dan Syarah, Jilid 2, Jakarta: CV. Alfonso Pratama,
2008.
[2] Syarah an-Nawawi 16/208-209
[3] Faidhul Qodir, al-Munawi 4/34
[4] Hadis Riwayat
Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9
[5] Majid Hasyim
Husaini A, Syarah Riyadhush Shalihin Jilid 2, (Surabaya: PT Bina Ilmu,
1993), Hal. 3
[6] Hadis Riwayat Bukhari.
[7] Buya H. M. Alfis
Chaniago, Indeks Hadist dan Syarah Jilid 2, (Jakarta: CV. Alfonso
Pratama, 2008), Hlm.525
[8] Al- Qur`an surat . An-Nisaa (4): 1
[9] Buya H. M. Alfis Chaniago, Hlm. 527
[10] Riwayat Abu Ya`la melalui Ibnu Umar
r.a
[11] Buya H. M. Alfis Chaniago, Hlm.527