BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seluruh
umat Islam telah menerima paham, bahwa
hadits adalah pedoman hidup yang utama, setelahAl-Qur’an. Hadits dan Al-Qur’an
selalu bersangkutan, begitu pula dengan ilmu dan amal. Hubungan ilmu dan amal
dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah pemimpin amal perbuatan dan amal akan
mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu.
Jika
manusia mempunyai ilmu namun miskin akan amalanya maka ilmu tersebut sia-sia. Berbeda
dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab
sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu.
Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigm ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
Dalam
sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera,
bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang
diiringi dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata dalam
firman-Nya; (QS. At – Thalaq: ayat 2 – 3 ).
“ Perbuatan
baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika
perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam
pemikiran Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan
tentang pelaksanaan perbuatan”.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
perumusan masalah dalam penulisan makalah ini,
yakni agar dapat memmahami aspek-aspek hadis dalam pembelajaran PAI
mengenai “Integritas Antara Ilmu dan Amal” yang menjadi topic makalah
ini.
C.
Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini,
bertujuan sebagai tugas kelompok mata kuliah Hadits II.Selain itu makalah yang
kamu tulis bertujuan meningkatkan mutu pendidikan serta pemahaman lebih jelas
mengenai “Integritas Antara Ilmu dan Amal” besar harapan semoga makalah
yang kami tulis dapat dimanfaatkan bagi penulis dan para pembaca.
BAB II
INTEGRITAS ANTARA ILMU DAN AMAL
A.
Pengertian
Ilmu dan Amal
1.
Ilmu
Kata
ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh hakikat ilmu,mengetahui,
dan yakin. Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum, artinya ialah
memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan
pengetahuan.Jadi ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan.Dengan
pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya[1].
2.
Amal
Secara
bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau
tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut.Menurut istilah,
amal saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di
dunia dan balasan pahala yang berlipat di akhirat.
Pengertian
amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan
kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT.Dengan demikian, amal dalam Islam tidak
hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas
pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama.Ilmu dalam dalam ini mencakup semua yang
bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan
lain-lain[2].
Ilmu-ilmu
ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif
bagi peradaban manusia. Misalnya pengembangan sains akan memberikan kemudahan
dalam lapangan praktis manusia. Demikian juga pengembangan ilmu-ilmu sosial
akan memberikan solusi untuk pemecahan masalah-masalah di masyarakat.
3.
Hubungan Antara Ilmu Dan Amal
Hubungan
ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal.Pertama, ilmu adalah pemimpin dan
pembimbing amal perbuatan.Amal boleh lurus dan berkembang bila didasari dengan
ilmu.Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu baik itu
yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya. Kedua jika orang itu
berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika
dilandasi dengan ilmu. Begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna
jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku
manusia.Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia yaitu
setelah berilmu lalu beramal.
Ajaran
Islam sebagai mana tercermin dari Al-Qur'an sangat kental dengan nuansa–nuansa
yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam
ajaran islam. Keimanan yang dimiliki oleh seseorang akan jadi pendorong untuk
menuntut ilmu, sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada
posisi yang tinggi dihadapan Allah yang berarti juga rasa takut kepada Allah
akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk beramal shaleh. Dengan
demikian nampak jelas bahwa keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan
amal–amal shaleh. Maka dapat disimpulkan bahwa keimanan dan amal perbuatan
beserta ilmu membentuk segi tiga pola hidup yang kokoh.Ilmu, iman dan amal
shaleh merupakan faktor menggapai kehidupan bahagia.
4.
Sumber Ilmu Menurut Ajaran Islam
1)
Wahyu
, yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma serta isyarat
cepat yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut ayat Allah swt “Qur’aniyah”
2)
Akal
, yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh Allah swt untuk berpikir
dan menganalisa semua yang ada dan wujud diatas dunia yang disebut ayat Allah “Kauniyah”
Ilmu
dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan lainnya.
5.
Hubungan Antara ilmu dan Amal Dalam Kehidupan.
Sumber
pokok ilmu pengetahuan menurut Islam adalah wahyu dan akal yang keduanya tidak
boleh dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan dengan mengembangkan
akalnya dengan catatan dalam pengembangan tersebut tetap, terikat dengan wahyu
dan tidak akan bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga ilmu pengetahuan
dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu yang bersifat abadi yang tingkat
kebenarannya bersifat mutlak dan ilmu yang bersifat perolehan yang tingkat
kebenarannya bersifat nisbi. Menuntut ilmu pengetahuan mendalami ilmu agama
bertujuan untuk mencerdaskan umat dan mengembangkan agama Islam agar dapat disebarluaskan
dan dipahami oleh masyarakat.Tiga macam kewajiban ilmu pengetahuan bagi orang
mukmin:
1)
Menuntut
ilmu, walaupun sampai ke negeri cina.
2)
Mengamalkannya
3)
Mengajarkan
kepada orang lain tanpa pilih kasih
Sistem
hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.Allah juga memberikan
tuntunan agar motifasi dan niat belajar serta menuntut ilmu itu hanya
semata-mata karena Allah SWT.Seperti di QS Al-Alaq:1-5. Alasan mencari ilmu
yang motifasinya harus wajib karena Allah SWT:
1)
Karena
ilmu yang dicari itu bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat
2)
Ada
kesungguhan bagi yang menuntutnya karena dorongannya hanya satu yaitu perintah
Allah SWT.
3)
Tidak
akan kecewa berat apabila tujuannya tidak tercapai karena semuanya telah diatur
oleh Allah yang maha Bijaksana.
Menurut
HR.Al-Baihaqi,”Betapa wajib dan pentingnya hubungan sinerki antara ilmu,dan
amal perbuatan,sehingga mencari ilmu dalam kondisi apapun dalam orang mukmin
merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa diabaikan serta dalam mengamalkannya
yang dilandasi iman karena Allah SWT”.
Hubungan
ilmu dan amal dalam kehidupan adalah sebagai berikut:
a.
Dalam
konsep ilmu pengetahuan dan teknologi
b.
Dalam
ilmu teknologi modern merupakan penerapan praktis ilmu pengetahuan
c.
Kewajiban
manusia menjaga alam dari kerusakan dan fasad.
d.
Mencegah
kerusakan alam sebab perbuatan manusia
Karena
fungsi utama manusia pada lingkungan atau alam adalah sebagai :
a.
Hamba
Allah adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan manusia kepada kebenaran dan
keadilan Allah SWT.
b.
Khalifah
di bumi adalah manusia mempunyai tanggung jawab untk menjaga keseimbangan alam
dan lingkungan tempat mereka bertempat tinggal.
Berdasarkan
Hr.Muslim, “kita mengetahui begitu besar pahala orang yang membuat teladan yang
baik dan betapa besar dosa orang yang menjadi contoh kejahatan maka kita
hendaknya berusaha sekuat tenaga untuk berbuat baik yang sekiranya bermanfaat
bagi masyarakat banyak dan hindari perbuatan jahat yang merugikan diri sendiri
maupun masyarakat pada umumnya”.[3]
B.
HADITS
YANG TERKAIT DENGAN INTEGRITA ILMU DAN AMAL
1.
Buah Ilmu adalah Amal[4]
a)
Al Khātib Al Baghdadi rāhimahullāhmengatakan,
فإن العلم شجرة, و العمل ثمرة. و ليس يعدّ عالما من لم يكن بعلمه
عاملا
“Sesungguhnya ilmu adalah
pohon, sedangkan amal adalah buahnya. orang yang tidak mengamalkan ilmunya
tidaklah dianggap sebagai orang yang berilmu”
b)
Abdullah Ibnul Mu’tazzi rāhimahullāhmengatakan,
علم بلا عمل كشجرة بلا ثمرة
“Ilmu
tanpa amal seperti pohon tanpa buah”
c)
Abu Darda’ rādhiyallāhu ‘anhu mengatakan,
إنما أخشى يوم القيامة أن يناديني ربي على رؤوس
الخلائق,فيقول :
يا عويمر!
ما ذا عملت فيما علمت؟
“Sesungguhnya yang aku takutkan hanyalah ketika
Rābb-ku memanggilku di hadapan seluruh manusia di hari kiamat kelak, kemudian
Dia bertanya : ‘Wahai ‘Uwaimir (Abu Darda’), apa yang telah kamu amalkan dari
ilmumu?”
Adapun
ancaman bagi orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya seperti di dalam Al
Qur’an dan As Sunnah, Allāh dan Rasul-Nya mengancam orang yang telah berilmu,
bahkan mendakwahkannya, tetapi tidak mengamalkannya.
a) Allāh
Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا
لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ
أَنْ تَقُولُوا
مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kalian
mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan? Sungguh besar murka Allāh jika
kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan” (QS. Ash Shāff : 2-3)[6]
b)
Dari Usamah bin Zaid rādhiyallāhu ‘anhu, Rāsulullah
shāllallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُجاء بِرَجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُلْقَى فِي النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ
أَقْتَابُه –
أي تخرج أمعاؤه – فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ
بِالرَّحَى، فَيَأتيه أَهْلُ النَّارِ، فَيَقُولُونَ: أي فُلَانُ! مَا شأنكَ؟ أَلَمْ تَكُنْ
تَأْمُرُنا بِالْمَعْرُوفِ، وَتَنْهَانا عَنِ الْمُنْكَرِ؟ قال: بَلَى، كُنْتُ آمُرُكم بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ، وَأَنْهَاكم عَنِ
الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ
“Pada hari kiamat, didatangkanlah seseorang
kemudian ia dicampakkan ke neraka. Lalu ususnya tercerai berai, dan ia berputar-putar
seperti keledai yang memutar mesin penggiling gandum. Maka penghuni neraka pun
mendatanginya dan bertanya : ‘Wahai fulan, ada apa denganmu? Bukankah kamu dulu
memerintahkan kami untuk berbuat kebajikan dan melarang kami dari
kemungkaran?!’ Dia menjawab : ‘Betul. Dahulu aku menyuruh kalian berbuat
kebajikan sedangkan aku tidak mengerjakannya. Dan aku melarang kalian dari
kemungkaran sedangkan aku malah melakukannya” (Muttafaqun ‘alaihi)
c) Dari
Anas bin Malik rādhiyallāhu ‘anhu,
أن النبي عليه الصلاة و السلام رأى
لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِه قَوْما تُقرضُ شِفَاهُهُمْ
بِمَقَارِيضَ مِنْ نَارٍ. فقَالَ: مَنْ هَؤُلَاءِ؟ قَالُوا :هَؤُلَاءِ خُطَبَاءُ مِنْ أمتك
, يَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ، وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ، وَهُمْ
يَتْلُونَ الْكِتَابَ، أَفَلَا يَعْقِلُونَ
“Bahwasanya Nabi shāllallāhu ‘alaihi wa sallam pada hari dimana beliau
melakukan isra melihat suatu kaum yang bibir mereka digunting dengan gunting
dari neraka. Lalu beliau bertanya : ‘Siapakah mereka?!’ Para malaikat menjawab
: ‘Mereka adalah para khāthib dari umatmu. Mereka menyuruh manusia untuk
berbuat kebajikan dan mereka melupakan diri mereka sendiri sedangkan mereka
membaca Al Kitab. Apakah mereka tidak berpikir?’ “ (HR. Ahmad)
Itulah
ancaman keras bagi orang-orang yang telah berilmu, bahkan mendakwahkannya,
namun mereka melupakan diri mereka sendiri, tidak mengamalkan ilmu yang mereka
ketahui.Orang yang tidak mengamalkan ilmunya sebagaimana sebuah lilin. Mereka
menerangi jalan manusia yang ada di sekitarnya tetapi mereka malah membakar
dirinya sendiri. Na’udzubillahi min dzalik.
a)
Abu Hurairah rādhiyallāhu ‘anhu berkata,
مثل علم لا يعمل به كمثل كنز لا ينفق في سبيل الله عز
و جل
“Perumpamaan ilmu yang tidak diamalkan seperti
harta simpanan yang tidak diinfakkan di jalan Allāh ‘Azza wa Jalla” (Diriwayatkan oleh Al Khāthib)
b) Imam
Ahmad rāhimahullāh ditanya tentang seseorang yang memperbanyak menulis
hadits, beliau berkata,
ينبغي أن يكثر العمل به على قدر زيادته في الطلب
“Sepatutnya dia memperbanyak amalan berbanding
lurus dengan semakin banyaknya dia mencari hadits”
c)
Al Hasan Al Bashri rāhimahullāh berkata,
أنزل القرآن ليعمل به, فاتّخذ الناس تلاوته عملا
“Al Qur’an itu
diturunkan untuk diamalkan. Sementara orang-orang menjadikan sekedar membacanya
sebagai amalan semata”
Ibnul
Jauzy rāhimahullāh menjelaskan ucapan Al Hasan tersebut,“Yakni mereka
mencukupkan diri dengan sekedar membacanya saja dan tidak mengamalkan kandungannya
”Seseorang berkata kepada Ibrāhim bin Adham,
Allāh
Ta’ala berfirman,
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya Aku akan
mengabulkannya untuk kalian “(QS.
Al-Mu’min:60)
Maka
bagaimana dengan kami? Kami berdo’a tetapi Allāh tidak mengabulkannya untuk kami?” Lantas beliau menjawab, “Hal itu
disebabkan 5 hal” Orang tersebut bertanya, “Apa saja itu?” Beliau menjawab:“ 1. Kalian
telah mengenal Allāh, tetapi kalian tidak menunaikan hak-Nya. 2. Kalian
membaca Al Qur’an, tetapi kalian tidak mengamalkannya. 3. Lalu
kalian mengatakan : ‘Kami mencintai Rāsul shāllallāhu ‘alaihi wa sallam’,
tetapi kalian meninggalkan sunnahnya. 4. Kalian mengatakan: ‘Kami melaknat iblis’, tetapi
kalian malah menaatinya.Yang k-5.Kalian tidak menghiraukan aib yang ada pada diri
kalian, tetapi sibuk mengurusi aib orang lain”
d)
Sufyan bin ‘Uyainah rāhimahullāhmengatakan,
العلم إن لم ينفعك ضرك
“Jika ilmu tidak bermanfaat bagimu, maka ia akan
membahayakanmu”
Al
Khāthib menjelaskan, Maksudnya adalah jika ilmu tidak memberikan manfaat bagi
seseorang, yakni dengan mengamalkannya, maka ilmu tersebut akan membahayakan
dirinya karena akan menjadi bumerang baginya”
e)
Abdullah bin Al Mu’tazzi rāhimahullāh mengatakan,
علم المنافق في لسانه, و علم المؤمن في عمله
“Ilmunya orang munafiq itu ada di lisannya,
sedangkan ilmunya orang mukmin itu ada di amalannya”
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kata
ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh hakikat ilmu,
mengetahui, dan yakin.Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum, artinya
ialah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan
pengetahuan.Dan secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang
berarti perbuatan atau tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang
patut.Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat
kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala yang berlipat di akhirat.
Integritas antara ilmu dan amal:
1.
Buah
Ilmu adalah Amal
2.
Ancaman Bagi Orang Yang Tidak Mengamalkan
Ilmunya
3.
Celaan Bagi Orang Yang Tidak Menyibukkan Diri
Dengan Beramal
Jadi kita makhluk yang paling
sempurna dibumi Allah ini kita patut mengamalhan ilmu yang kita miliki, apa
gunanya jika kita memiliki ilmu tapi tidak di amalkan. Maka dari itu kita harus
pandai-pandai bersyukur atas limpahan nikmat-Nya kepada kita.
B.
Saran
Demikian isi makalah kami ini.Dan kami menyadari
bahwasannya makalah yang kami buat ini belum sempurna mungkin masih ada
beberapa kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik lagi, jika terdapat kata-kata
yang salah dalam penulisan makalah kami ini, kami mohon maaf.
DAFTAR PUSTAKA
Hasbi, Ash-shiddiqi, Pokok-pokok Ilmu Dirayatu’l Hadits, Jakarta: Bulan Bintang, 2001Ajjaj Al-Khathib, Muhammad, Ushulu’l Hadits, Yogyakarta: Teras, 2009
Departemen agama RI, Alhidayah Al-Qur’an Tafsir, Tangerang Selatan: Departemen Agama RI,2011
Yunus, Mahmud, Ilmu Mushthalahi’l Hadits, Jakarta: PT.Hidakarya Agung. Januari, 1989
Hasbi, Ash-shiddiqi, Pokok-pokok Ilmu Dirayatu’l Hadits, Jakarta: Bulan Bintang, 2001Ajjaj Al-Khathib, Muhammad, Ushulu’l Hadits, Yogyakarta: Teras, 2009
Departemen agama RI, Alhidayah Al-Qur’an Tafsir, Tangerang Selatan: Departemen Agama RI,2011
Yunus, Mahmud, Ilmu Mushthalahi’l Hadits, Jakarta: PT.Hidakarya Agung. Januari, 1989
Tidak ada komentar:
Posting Komentar