A.
Latar Belakang
Kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang, dan karakteristik
siswa, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu pada suatu
lembaga pendidikan memerlukan proses pembelajaran yang fleksibel, bervariasi,
dan memenuhi standar. Proses pembelajaran yang mengandung arti serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan pendidikan perlu direncanakan, dilakukan, dinilai, dan diawasi agar
terlaksana secara efektif dan efisien.
Trianto dalam bukunya, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif,
Dan Kontekstual, Konsep Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum 2013
mengatakan bahwa:
Pembelajaran merupakan aspek
kegiatan manusia yang kompleks yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.
Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan
antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks,
pembelajaran hakikatya adalah usaha sadar
dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi
siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan
interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya
terjadi komunikasi (transfer) yang intens (kuat) dan terarah menuju pada suatu
target yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam konteks inilah kemudian
diperlukan kurikulum atau pengetahuan apa yang diinginkan siswa, dan bagaimana
cara yang efektif untuk mendapatkannya.[1]
Di
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 dikatakan bahwa, “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”[2]
Menyadari
untuk dapat mencapai keberhasilan sebuah pendidikan, khususnya pendidikan agama
Islam di SMP Istimewa Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Tangerang bukanlah hal yang mudah dilakukan, mengingat siswa di SMP tersebut berstatus
narapidana yang memiliki karakteristik tingkat religiusitas serta kultur yang
relatif berbeda dengan siswa di SMP umum lainnya. Konsekuensinya, untuk
membangun konsep pendidikan tidak hanya berdasarkan atas perspektif (pandangan)
dari luar, tetapi sangat perlu memperhatikan perspektif dari dalam. Artinya,
untuk mencapai keberhasilan konsep pendidikan dibutuhkan strategi belajar mengajar melalui penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi internal
siswa.
Dalam penelitian ini model pembelajaran yang dimaksud adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Model
pembelajaran yang dimaksud berupa model-model pembelajaran pendidikan agama Islam
sebagai terobosan atau jembatan dalam mencapai tujuan pembelajaran pendidikan
agama Islam dan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan
agama Islam adalah usaha mengubah tingkah laku manusia dalam pribadi ataupun kehidupan kemasyarakatannya
dan perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai Islam yang bertujuan
terbentuknya kepribadian Muslim. Muhaimin
dalam bukunya Paradigma Pendidikan Islam mengatakan bahwa,“Pendidikan agama Islam merupakan proses
mempersiapkan seseorang dengan persiapan yang menyeluruh, meliputi aspek
jasmani, rohani, dan akal melalui bimbingan dan pengajaran.”[3]
Materi
pendidikan agama Islam adalah materi yang berisikan tentang hal-hal yang
berdasarkan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Materi ini penting disampaikan terutama materi aqidah akhlaq. Melalui strategi belajar mengajar yang menggunakan model pembelajaran yang
sesuai, siswa dapat menerima materi secara maksimal agar nantinya tidak
mengulangi tindak kejahatan yang pernah dilakukannya
dan menjadi Insan Kamil.
Adapun
fungsi agama tidak sekedar menjadi pedoman dalam
berperilaku tetapi lebih merupakan sebuah kultur yang mesti dipegang teguh, dan
diimplementasikan dalam kehidupan. Dengan demikian, pendidikan agama Islam yang
lebih mengarah kepada pemahaman agama secara kaffah sangat diperlukan untuk
dapat mengantisipasi jurang antara pengetahuan dan praktek. Karena itu, model
pembelajarannya sudah tentu harus disesuaikan dengan kultur siswa dan yang
lebih mengedepankan pada model dan materi yang dapat merubah napi untuk
memiliki sikap, mental yang humanis-religius.
Agama
Islam merupakan ajaran agama yang sangat memperhatikan masalah ilmu. Dengan
ilmu, manusia dapat beribadah dengan baik kepada Allah SWT. sehingga tidak
tersesat dan tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif. Ini terbukti dari banyaknya
teks-teks dalil yang berasal dari Al-Qur'an maupun Hadist. Allah SWT. berfirman
di dalam QS. Az-Zumar [39]: 9;
قُلْ
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ
إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُوا الْأَلْبَابِ
Katakanlah [wahai Muhammad] apakah sama orang-orang yang mengetahui
dan orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran.
Di dalam tafsir Ibnu Katsir dikatakan, ”Apakah sama orang-orang
yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui? Yaitu, apakah orang ini
sama dengan orang yang menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah untuk menyesatkan
manusia dari jalan-Nya? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran. Yaitu, orang yang dapat membedakan orang yang ini dengan orang yang
itu hanya orang yang memiliki inti pemikiran yaitu akal.”[4]
Allah SWT. memberi kita akal untuk belajar agar dapat membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk.
Dan di dalam hadist riwayat Ibnu Majah juga dikatakan bahwa:
طَلَبُ
الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلىَ كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut
ilmu wajib bagi setiap muslim
Bagi manusia yang memahami ilmu agama, pastinya timbul rasa takut
kepada Allah SWT, takut melanggar larangan-Nya. Begitu juga dengan sebaliknya, dikarenakan tidak
memahami ilmu agama, maka seseorang akan mudah melanggar larangan-Nya, dengan
mudahnya melakukan kejahatan.
Tindak
kejahatan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan kehidupan manusia, serta
memberikan solusi untuk mencegah segala kejahatan dan perbuatan dosa. Dalam hal
ini pembelajaran pendidikan agama Islam berperan sebagai pencegah timbulnya
kejahatan dan pemahamannya merupakan faktor utama dalam bidang keselamatan jiwa
manusia agar dapat mengendalikan perbuatannya baik secara pribadi maupun
sosial.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan
penelitian pada salah satu lembaga pemasyarakatan
atau pembinaan di Indonesia yaitu Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas
I Tangerang dengan tema atau judul: “Model Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di SMP Istimewa Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Tangerang”.
B.
Fokus Penelitian
Yang menjadi fokus dalam penelitian ini
adalah:
1.
Model pembelajaran pendidikan agama Islam
2.
Karakteristik siswa di
SMP Istimewa Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I
Tangerang.
C.
Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang permasalahan di atas, maka
permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana model pembelajaran pendidikan agama Islam yang sesuai
bagi siswa di SMP Istimewa Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Tangerang?
2.
Apa saja kerangka konseptual model pembelajaran pendidikan
agama Islam di SMP Istimewa Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Tangerang?
3.
Seberapa besar keberhasilan penerapan model pembelajaran
pendidikan agama Islam di SMP Istimewa Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I
Tangerang?
D.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan
Umum
Tujuan Umum dalam
penelitian ini adalah
mendeskripsikan model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam di SMP Istimewa
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I
Tangerang.
2.
Tujuan
Khusus
a)
Mendapatkan
implementasi model pembelajaran
pendidikan agama Islam yang sesuai bagi siswa di
SMP Istimewa Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I
Tangerang.
b)
Mendeskripsikan kerangka konseptual model
pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Istimewa Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas
I Tangerang.
c)
Mendeskripsikan
keberhasilan penerapan model pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Istimewa Lembaga Pembinaan Khusus Anak
Kelas I Tangerang.
E.
Manfaat Penelitian
Penelitian .ini
diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis,
antara lain:
1.
Manfaat Teoritis,
a)
Menjadikan
sumbangan pemikiran baru tentang model pembelajaran penddikan agama Islam di SMP Istimewa Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Tangerang, sehingga terbuka peluang untuk melakukan penelitian yang lebih
besar dan lebih luas dari segi biaya maupun jangkauan lokasi secara relevan.
b)
Sebagai
tambahan wawasan dalam meningkatkan pemahaman mengenai objek yang diteliti.
c)
Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian berikutnya.
2.
Manfaat Praktis,
a)
Bagi
penulis, untuk mengembangkan wawasan keilmuan dalam menghadapi berbagai
fenomena yang terjadi.
b)
Bagi
lembaga, sebagai kontribusi pemikiran dan bahan pertimbangan dalam mengambil
suatu kebijakan-kebijakan dan langkah-langkah yang baik dalam pembinaan melalui
pendidikan agama Islam di SMP Istimewa Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Tangerang.
c)
Bagi
pembaca, sebagai penambahan ilmu, terkait dengan model pembelajaran pendidikan
agama Islam.
[1] Trianto, Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan Kontekstual, Konsep, landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum 2013, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 19
[2] Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Dasar,
Fungsi, Dan Tujuan, BAB II, Pasal 3
[4] Ibnu Katsir, Tafsir
Surat Az-Zumar. (Penerbit: Pustaka Imam Asy-Syafi`i, Jilid 7), h. 92-93
Tidak ada komentar:
Posting Komentar