Rabu, 16 Desember 2015

CIRI GERAKAN MUHAMMADIYAH

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar ma'ruf nahi munkar dan tajdid yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dalam gerakannya, Muhammadiyah mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Untuk maksud dan tujuan tersebut Muhammadiyah melaksanakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar melalui segenap usaha. untuk memajukan kehidupan umat Islam dan bangsa Indonesia, yang memberi makna bagi kehidupan umat manusia pada umumnya. dan menghadirkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
Dari sejak semula Muhammadiyah menempatkan diri sebagai salah satu organisasi yang berkhitmat menyebarluaskan ajaran Islam sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qu`ran dan As-Sunah. Lewat gerakan dakwah, Muhammadiyah membersihkan berbagai amalan umat yang terang-terangan menyimpang dari prinsip-prinsip ajaran Islam. Muhammadiyah sebagai suatu mata rantai dari gerakan tajdid dan tarjid yang diawali oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada kesamaan nafas, ruh, dan semangat, yaitu memerangi secara total terhadap berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik, khufarat, bid’ah, dan taqlid. Semua itu merupakan benalu beracun yang dapat merusak aqidah dan ibadah seseorang.
Lebih lanjut  pada makalah ini kami akan menyampaikan Ciri-ciri Gerakan
Muhammadiyah.

B.     Rumusan Masalah
1.         Apa yang dimaksud Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam?
2.         Apa yang dimaksud Muhammadiyah Sebagai gerakan dakwah Islam?

3.         Apa yang dimaksud Muhammadiyah Sebagai gerakan tajdid dan tajrid?

BAB II
CIRI GERAKAN MUHAMMADIYAH

     I.            MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN ISLAM
Perserikatan Muhammadiyah dibangun oleh KH. A. Dahlan  sebagai hasil konkret dari telaah dan pendalaman beliau terhadap Al-Qur`anul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya menjadi faktor paling utama mendorong berdirinya Muhammadiyah.
Sementara faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang semata.
Dengan ketelitiannya yang sangat memadai setiap mengkaji ayat-ayat              Al-Qur`an, khususnya ketika menelaah surah Ali Imran ayat 104, maka akhirnya melahirkan amalan konkret yaitu lahirnya Perserikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini terus dikembangkan terhadap ayat-ayat lainnya. Hasil kajian ayat-ayat tersebut, yang oleh KHR. Hadjid dinamakan: ”ajaran KH. A. Dahlan”, didalamnya tergambar secara jelas sekali ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiannya kepada Allah SWT.
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah, jelaslah bahwa sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi dan disemangati oleh ajaran-ajaran Qur`an. Dan apa yang digerakan oleh Muhammadiyah tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan yang real dan konkrit. Segala yang dilakukan Muhammadiyah baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumah tanggaan, perekonomian dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari ajaran-ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud  yang real, konkrit, yang dapat dihayati, dirasakan dan dinikmati oleh umat sebagai “rahmatan lil’alamin”[1]
                
  II.            MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN DAKWAH ISLAM
Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai Gerakan Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Ciri yang kedua ini telah muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tak terpisahkan dari jati diri Muhammadiyah. Hal ini diakui oleh beberapa pihak yang menyatakan bahwa Muhammadiyah terlihat sebagai  pergerakan  dakwah  yang  menekankan  pengajaran  serta pendalaman nilai-nilai Islam.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa faktor utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman K.H. Ahmad Dahlan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an Al-karim, terutama surat Al-Imran ayat 104. Berdasarkan pada ayat inilah Muhammadiyah meletakkan khittah/strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru,mengajak) Islam amar makruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan atau kancah perjuangannya. Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai amal usaha yang benar-benar dapat menyatuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga pendidikan dari sejak kanak-kanak hingga perguruna tinggi, membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan, dan sebagainya. Seluruh amal usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi untuk perwujudan Islamiah, semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan yang tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana (kendaraan) dakwah Islam sebagaimana yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah Shahihah.


III.            MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN TAJDID DAN TAJRID
Ciri ketiga yang melekat pada persyarikatan Muhammadiyah  adalah sebagai gerakan tajdid dan tajrid yaitu:
A.    Pengertian
1.    Tajdid
Istilah tajdid berasal dari bahasa Arab yaitu jaddada, yang berarti memperbaharui atau menjadikan baru. Kata ini pula bentukan dari kata jadda, yajiddu,  jiddan/jiddatan, artinya sesuatu yang ternama, yang besar, nasib baik dan baru. Bisa juga berarti membangkitkan, menjadikan, (muda, tangkas, kuat). Dapat pula berarti memperbaharui, memperpanjang izin, dispensasi, kontrak.
Tajdid bermakna,
a.    Proses penggeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup  sesuai dengan tutunan hidup masa  kini.[2]
b.    Menemukan kembali substansi agama untuk pemaknaan baru dalam pengungkapannya dalam suatu konteks baru yang berubah, baik melalui purifikasi maupun dinamisasi.  Purifikasi atau pemurnian ialah mengembalikan ajaran Islam pada yang asli sebagaimana telah ditentukan segala sesuatunya secara baku dalam Al-Quran dan As-Sunnah yang sahih khususnya yang menyangkut ibadah dan akidah. Sedangkan dinamisasi atau pembaruan ialah memperbarui urusan-urusan keagamaan sesuai pesan substansial (sesungguh-pen) ajaran Islam, lebih khusus di bidang mu’amalat dunyawiyah [3]

Orang yang melakukan pembaruan disebut Mujaddid.
2.    Tajrid
Istilah tajrid berasal dari bahasa Arab berarti pengosongan, pengungsian, pengupasan, Pelepasan atau pengambil alihan.[4]
Sedangkan tajrid dalam bahasa Indonesia berarti pemurnian. Istilah ini, tidak sepopuler ketika menyebut istilah tajdid, sekalipun yang dimaksudkan adalah memurnikan hal-hal yang bersifat khusus.
Dalam ibadah kita tajrid, hanya ikut Nabi saw. dan tidak  ada pembaruan. Sedang dalam muamalah kita tajdid, yakni melakukan modernisasi dan pembaruan.

B.  Model-Model Tajrid dan Tajdid Muhammadiyah.
A.  Model-Model Tajrid Muhammadiyah.
     Dalam bidang kepercayaan dan ibadah, Muhammadiyah senantiasa menekankan agar tegaknya Islam yang benar sesuai yang dicontohkan nabi Muhammad SAW, tidak dirusak oleh berbagai macam bid’ah, khurafat, dan tahayul yang dapat mengkikis nilai-nilai Islam itu sendiri.
Khurafat adalah kepercayaan tanpa pedoman yang sah dari  al-Qur’an dan as-Sunnah. Hanya ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang. Sedangkan bid’ah biasanya muncul karena ingin memperbanyak ritual tetapi pengetahuan Islamnya kurang luas, sehingga yang dilakukan adalah bukan dari ajaran Islam. Misalnya selamatan dengan kenduri dan tahlil dengan menggunakan lafal Islam, upacara selamatan, dalam berbagai peristiwa, seperti:  
§  kelahiran, khitan,
§  perkawinan, kematian, pindah rumah, panen,
§  ganti nama, dan sejenisnya.

Namun, diantara macam-macam selamatan yang paling menonjol adalah selamatan kematian, yaitu terdiri dari tiga hari, empat puluh hari, seratus hari, dan kahul. Selamatan ini selalu diringi dengan membaca tahlil sebagai cara mengirim do’a kepada si mayit. Bentuk khurafat lain yang biasa dilakukan adalah penghormatan kuburan orang-orang suci, sambil meminta do’a restu, jimat, benda-benda pusaka dianggap mempunyai kekuatan ghaib yang mampu melindungi..
Realitas sosio-agama yang dipraktikkan masyarakat inilah yang mendorong Ahmad Dahlan melakukan pemurnian melalui organisasi Muhammadiyah.

B.  Model-Model Tajdid Dalam Muhammadiyah
a.    Kongkrit dan produktif, yaitu melalui amal usaha yang didirikan, hasilnya kongkrit dapat dirasakan dan dimanfaatkan oleh umat Islam, bangsa Indonesia dan umat manusia di seluruh dunia. Suburnya amal saleh di lingkungan aktivis Muhammadiyah ditujukan kepada komunitas Muhammadiyah, bangsa dan kepada seluruh umat manusia di dunia dalam rangka rahmatan lil alamin.
b.Tajdid Muhammadiyah bersifat terbuka. Maksud dari keterbukaan tersebut, Muhammadiyah mampu mengantisipasi perubahan dan kemajuan di sekitar kita. Dari sekian amal usahanya, rumah sakitnya misalnya, dapat dimasuki dan dimanfaatkan oleh siapapun. Sekolah sampai kampusnya boleh dimasuki dan dimanfaatkan oleh siapa saja. Kalau Muhammadiyah mendirikan lembaga ekonomi dan usaha atau jasa, maka yang menjadi nasabah, partner dan komsumennya pun bisa siapa saja yang membutuhkan.
c.    Tajdid Muhammadiyah sangat fungsional dan selaras dengan cita-cita Muhammadiyah untuk menjadikan Islam itu, sebagai agama yang berkemajuan, juga Islam yang berkebajikan yang senantiasa hadir sebagai pemecah masalah-masalah (problem solv), temasuk masalah kesehatan,pendidikan, dan masalah sosial ekonomi.
Dengan demikian,
·         Tajdid dalam bidang muamalah yaitu berbasis pada upaya dinamisasi, elaborasi, berbasis perubahan menuju capaian prestasi yang berkualitas. Suatu saat nanti apa yang diusahakan Muhammadiyah hendaknya tampil menjadi pusat-pusat keunggulan, seperti sekolah, rumah sakit, perguruan tinggi, lembaga-lembaga ekonomi.
·         Sedangkan tajdid dalam bidang akidah dan ibadah mahdah bukan dalam makna dinamisasi, tetapi yang tajdid yang berwajah tajrid, yaitu purifikasi atau pemurnian ajaran Islam. Artinya untuk masalah akidah dan ibadah mahdhah, hanya mencukupkan diri dari apa yang dapat dirujuk pada al-Qur’an dan hadis atau apa yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.
         Dengan cara itu, manusia memiliki kesempatan untuk melakukan pengayaan makna dan pendalaman hakikat dari fungsi agama Islam itu sendiri di tengah kehidupan. Arah kita menjadi jelas, orientasi kehidupan individu dan masyarakat juga menjadi jelas, basis nilainya menjadi jelas, meskipun kita hidup  di tengah zaman yang rumit, terus berubah dan berhadapan dengan keanekaragaman gejala kehidupan. Spirit rahmatan lil alamin juga menjadi tidak mengawang-awang.
         Fungsi tajdid di bidang ini, adalah untuk membuat aktif dan hidup keimanan kita dalam perilaku, dan tajdid Muhammadiyah tidak untuk membekukan keimanan kita dalam perangkat formalisme istilah atau konsep belaka, sehingga keimanan kita akan memiliki fungsi sosial yang kaya. Dalam konteks inilah, kita dapat memahami kenapa begitu banyak ayat al-Qur’an yang selalu menggandengkan antara iman dan amal saleh. Iman adalah pilihan teologis dan amal shaleh adalah ekpresi teologis yang selaras dengan iman. Iman tanpa amal saleh akan kehilangan pijak sosialnya, dan amal tanpa iman kehilangan arah dan tujuannya.
        
C.  Pengaruh Pergerakan Pembaharuan Muhammadiyah Dalam Islam.
Kyai Dahlan melalui Muhammadiyah sungguh telah memelopori kehadiran Islam yang otentik (murni) dan berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan hidup umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat bagi kehidupan. Islam tidak hanya ditampilkan secara otentik dengan jalan kembali kepada sumber ajaran yang asli yakni           Al-Qur‘an dan Sunnah Nabi yang sahih, tetapi juga menjadi kekuatan untuk mengubah kehidupan manusia dari serba ketertinggalan menuju pada dunia kemajuan.
Fenomena baru yang juga tampak menonjol dari kehadiran Muhammadiyah ialah, bahwa gerakan Islam yang murni dan berkemajuan itu dihadirkan bukan lewat jalur perorangan, tetapi melalui sebuah sistem organisasi. Menghadirkan gerakan Islam melalui organisasi merupakan terobosan waktu itu, ketika umat Islam masih dibingkai oleh kultur tradisional yang lebih mengandalkan kelompok-kelompok lokal seperti lembaga pesantren dengan peran kyai yang sangat dominan selaku pemimpin informal.

Organisasi jelas merupakan fenomena modern abad ke-20, yang secara cerdas dan adaptif telah diambil oleh Kyai Dahlan sebagai “washilah” (alat, instrumen) untuk mewujudkan cita-cita Islam. Mem-format gerakan Islam melalui organisasi dalam konteks kelahiran Muhammadiyah, juga bukan semata-mata teknis tetapi juga didasarkan pada rujukan keagamaan yang selama ini melekat dalam alam pikiran para ulama mengenai qaidah “mâ lâ yatimm al-wâjib illâ bihi fa huwâ wâjib”, bahwa jika suatu urusan tidak akan sempurna manakala tanpa alat, maka alat itu menjadi wajib adanya.
Selama ini Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan modern yang telah melakukan perubahan dalam kehidupan keagamaan, sosial, budaya, dan politik. Selain itu, tajdid dalam pandangan Muhammadiyah merupakann salah satu bentuk implementasi nilai ajaran Islam setelah meninggalnya Nabi. Munculnya Gerakan tajdid sebagai jawaban terhadap tantangan kemunduran yang dialami dan atau tantangan terhadap kemajuan oleh kaum muslimin. Juga didasarkan pada landasan teologis yang menyebutkan perlunya pembaruan setiap seratus tahun.[5]

 BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan,
§  Perserikatan Muhammadiyah dibangun oleh KH. A. Dahlan, sebagai gerakan Islam berdasarkan hasil  konkret telaah dan pendalaman beliau terhadap Al-Qur`anul Karim. surah Ali Imran ayat 104,
§  Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah (menyeru,mengajak) Islam amar makruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan atau kancah perjuangannya. Muhammadiyah berkiprah ditengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai amal usaha yang benar-benar dapat menyatuh hajat orang banyak.
§  Tajdid dan tajrid yang dilakukan Muhammadiyah sangatlah berarti untuk memurnikan serta meluruskan akidah umat Islam yang menyimpang dari ajaran sebenarnya yakni  Al-Qur‘an dan Sunnah Nabi yang sahih,.
§  Kyai Dahlan melalui Muhammadiyah sungguh telah memelopori kehadiran Islam yang otentik (murni) dan berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan hidup umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat bagi kehidupan.

B.     SARAN
Hendaknya pembaruan selalu terjadi dan terus berkembang di dalam semua bidang, tidak hanya terbatas pada bidang sosial. Semuanya yang dilakukan harus dijalankan dengan tindakan nyata.  Insya  Allah.


DAFTAR  PUSTAKA

Anwar. Syamsul. M.  2005. Manhaj Ijtihad/Tajdid dalam Muhammadiyah. dalam Mifedwil Jandra & Safar Nasir. Editor. Tajdid Muhammadiyah untuk Pencerahan Peradaban. Yogyakarta. UAD Press.
Atabik. Ali dan A. Zuhdi Muhdlor, 1999. Kamus Komtemporer. Yogyakarta: Multi Karya Grapika,
http//Wahyun mawardi. Dosen AIK Stie muhammadiyah mamuju. MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN ISLAM YANG BERWATAK TAJRID DAN TAJDID. Diterbitkan oleh Suparman Irawan.
http//jsnurul.  November 12, 2012  muhammadiyah sebagai gerakan islam
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Mukhtarom, Asrori. S.H., M.A dan Milana Abdillah, S.Pd.I. M.A. 2015. STUDI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN. editor: Lukmanul Hakim S.Pd.I. M.Pd.I. 



[1] http//jsnurul.  November 12, 2012  muhammadiyah sebagai gerakan islam
[2] Asrori Mukhtarom, S.H., M.A dan Milana Abdillah, S.Pd.I. M.A. 2015. STUDI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN. editor: Lukmanul Hakim S.Pd.I. M.Pd.I. H. 2
[3] M. Syamsul Anwar. 2005.  Manhaj Ijtihad/Tajdid dalam Muhammadiyah. dalam Mifedwil Jandra & Safar Nasir. Editor. Tajdid Muhammadiyah untuk Pencerahan Peradaban. Yogyakarta. UAD Press. H. 71
[4] Ali Atabik dan A. Zuhdi Muhdlor, 1999. Kamus Komtemporer. Yogyakarta: Multi Karya Grapika, H. 410.
[5] http//Wahyun mawardi. Dosen AIK Stie muhammadiyah mamuju. MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN ISLAM YANG BERWATAK TAJRID DAN TAJDID. Diterbitkan oleh Suparman Irawan,