Senin, 22 Desember 2014

KEWAJIBAN ANAK TERHADAP ORANG TUA



BAB I
PENDAHULUAN

§  Latar Belakang
Berbakti kepada kedua orang tua dalam wacana Islam adalah persoalan utama, dalam jejeran hukum-hukum yang terkait dengan berbuat baik terhadap sesama manusia. Allah Subhanahu Wa Ta’ala  sudah cukup menegaskan wacana ‘berbakti’ itu, dalam banyak firman-Nya, demikian juga Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallam dalam banyak sabdanya.
Orang tua merupakan orang yang paling berjasa dan berperan dalam kehidupan manusia terutama dalam hal pendidikan, tanpa perantara orang tua manusia tidak akan ada dan tidak akan mengenal arti kehidupan di dunia karena orang tualah yang pertama kali mengenalkan dan mengajarkan kepada manusia akan arti kehidupan.
Betapa berjasanya orang tua dalam kehidupan manusia, maka sudah sepatutnya manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Bentuk berbakti kepada orang tua bisa berupa patuh dan taat pada perintahnya selama masih dalam kebaikan, bertutur kata yang sopan, menjaga nama baik orang tua dan lain sebagainya.
Berikut ini kami akan menyampaikan bebarapa hadis yang berkaitan dengan berbakti terhadap orang tua, hendaknya hadis-hadis tersebut dapat kita amalkan agar kita menjadi anak-anak shaleh dan shaleha yang dapat membahagiakan orang tua kita.



BAB II
KEWAJIBAN ANAK TERHADAP ORANG TUA 
  
1.      HADIS  I




حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلْ الْجَنَّةَ
  1. Terjemahan
Telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farrukh; telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Suhail dari Bapaknya dari  Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: Dia celaka! Dia celaka! Dia celaka! lalu beliau ditanya; Siapakah yang celaka, ya Rasulullah? Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: Barang Siapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu dari keduanya, tetapi dia tidak berusaha masuk surga (dengan berusaha berbakti kepadanya dengan sebaik-baiknya).[1]

  1. الْمفْرَدَات (Kosa Kata)
1.      رَغِمَ           =  Celaka                   
2.      مَن             =  Siapa          
3.      أَدْرَكَ                 = Mendapatkan          
4.      أَبَوَيْهِ              =  Orang tuanya
5.      عِنْدَ الْكِبَرِ      =  Usia lanjut
6.      أَحَدَهُمَا                 =  Salah satu dari keduanya
7.      يَدْخُلْ          = Masuk
  1. Syarah Hadis (Penjelasan)
Di dalam hadis ini ada anjuran untuk berbakti kepada kedua orang tua, dan berbakti kepada kedua orang tua memiliki pahala amat besar. Artinya: bahwa di dalam berbakti kepada keduanya di saat mereka sudah semakin tua dan lemah, baik dengan memberikan khidmat kita kepada mereka ataupun memberikan nafkah kepada mereka menjadi sebab masuk ke dalam surga, maka barangsiapa yang menguranginya berarti dia kehilangan kesempatannya untuk masuk surga dan Allah akan menghinakan dirinya.[2]

D.    Kesimpulan.
Barangsiapa yang tidak segera mengambil kesempatan untuk berbuat ihsan kepada keduanya terlebih lagi di masa tua mereka maka akan sangat rentan menjadi hina dan rendah keadaannya.[3]

2.      HADIS II
AMALAN YANG PALING UTAMA DAN DICINTAI ALLAH.
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
A.    Terjemahan
      Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah? Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah.[4]
B.     الْمُفْرَدَات (Kosa Kata)
1.      الْعَمَلِ          = Amalan      
2.      أَحَبُّ           = Dicintai      
3.      عَلَى وَقْتِ     = Tepat waktu 
4.       بَرَّ             = Berbakti
5.      الْوَالِدَيْنِ        = Kedua orangtua   
6.      الْجِهَادُ          = Jihad 
  1. Syarah Hadis (Penjelasan)
       Nabi Muhammad Saw. menerangkan beberapa amalan utama lainnya, yaitu: Shalat pada waktunya. Karena shalat mempunyai keutamaan waktu bahwa perbuatan yang sangat banyak mendatangkan pahala ialah shalat tepat pada waktunya, karena dengan shalat tepat pada waktunya itu berarti suatu ketaatan yang continue dan merupakan muraqobah yang optimal (merasa selalu diperhatikan Allah). Selanjutnya adalah berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain) sebagai hak mahluk sesudah menunaikan hak Allah.[5]

3.      HADIS III
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA MEMPERPANJANG USIA.

مَنْ بَرَّ وَالِدَيْهِ طُوْبِي لَهُ وَزَادَ اللهُ فِيْ عُمُرِهِ (روته البخاري)
  1. Terjemahan
Barang siapa berbakti kepada orang tuanya, beruntunglah dia, niscaya Allah memperpanjang umurnya.[6]

B.     الْمُفْرَدَات (Kosa Kata)
1.      بَرَّ              = Berbakti
2.      وَالِدَيْهِ          = Kedua orang tuanya
3.      طُوْبِي          = Beruntunglah
4.      زَادَ             = Memperpanjang
5.      عُمُرِ           = Usia
  1. Syarah Hadis (Penjelasan)
Beruntunglah orang yang berbakti kepada orang tuanya, karena ridho Allah berkaitan dengan ridho orang tuanya. Selain dari itu Allah Swt. akan menambah umurnya. Yang dimaksud dengan ditambah umurnya ialah umurnya dipenuhi dengan keberkahan dan amal-amal shaleh.[7]

4.      HADIS IV
CARA  BERBAKTI  KEPADA ORANG TUA.

اِحْفَظْ وُدَّ أَبِيْكَ لَا تَقْطَعْهُ فَيُطْفِئَ اللهُ نُوْرَكَ (رواه البخاري)
A.    Terjemahan
Hormatilah teman yang disukai ayahmu, janganlah kamu memutuskannya, karena Allah akan memadamkan cahayamu.

B.     الْمُفْرَدَات (Kosa Kata)
1.      حَفِظَ-يَحْفَظُ       = Hormat
2.      قَطَعَ                = Putus                  
3.      نُوْرَ                 = Cahaya

  1. Syarah Hadis (Penjelasan)
Hadis ini menerangkan tentang keutamaan pahala berbakti kepada orang tua. Menghormati dan terus menjaga hubungan dengan orang yang disukai oleh orang tua termasuk berbakti kepada orang tua dan berbakti kepada orang tua besar pahalanya. Barangsiapa yang tidak menghormati dan tidak mau berhubungan dengan orang yang disuka ayahnya, niscaya Allah akan memadamkan cahayanya. Dalam hadis lain disebutkan: “Sesungguhnya berbakti yang paling utama (kepada orang tua) ialah hendaknya seorang anak bersilaturahmi kepada orang-orang yang disukai (menyukai) ayahnya.” Allah memerintahkan untuk memelihara tali silaturahmi sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَ‌بَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِ‌جَالًا كَثِيرً‌ا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّـهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْ‌حَامَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَ‌قِيبًا ﴿١
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”[8]

Menyambung tali silaturahmi dengan teman orang tua sama dengan berbuat baik terhadap  orang tua, karena hal itu membuat mereka akan mendoakan ayahnya. Di dalam riwayat lain ditambahkan “sesudah ayahnya meninggal dunia”. Maksudnya, ketika kedua orang tua kita masih hidup, mereka akrab dengan keluarga si Fulan. Nah, sekarang mereka telah meninggal maka kitalah yang berkewajiban melanjutkan silaturahmi tersebut, mungkin dengan datang ke rumahnya atau dengan cara-cara lainnya. Kalau kita di rantau orang, jarang bertemu muka maka ketika pulang ke kampung, datanglah ke rumah orang-orang yang dahulu dekat dengan orang tua kita, kalau bisa bawalah sebuah bingkisan, meskipun kecil mereka akan senang, mereka akan menyebut nama orang tua kita sambil mendoakannya.[9]
  
5.      HADIS V
CARA  BERBAKTI  KEPADA  ORANG TUA  YANG  SUDAH  TIADA.


مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَصِيْلَ أَبَاهُ فِيْ قَبْرِهِ فَلْيَصِلْ إِخْوَانَ أَبِيْهِ مِنْ بَعْدِهِ.
 (رواه ابو يعلى عن ابن عمر)

A.    Terjemahan
Barangsiapa yang ingin bersilaturahmi dengan ayahnya yang telah wafat hendaknya ia bersilaturahmi kepada teman-teman ayahnya.[10]

B.     الْمُفْرَدَات (Kosa Kata)
1.      يَصِيْلَ                   = Bersilaturahmi
2.      قَبْرٌ                     = Kubur/Wafat
3.      أَخٌ                      = Teman
4.      بَعْدَ                     = setelah
C.     Syarah Hadis (Penjelasan)
Salah satu cara berbakti kepada orang tua yang telah tiada ialah menghubungkan tali silaturahmi dengan saudara-saudara dengan teman-teman orang tuanya.[11]
 Mengenai silaturahmi telah disampaikan pada penjelasan hadis sebelumnya.

BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan,

Dari uraian hadis-hadis diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa manusia diperintahkan untuk selalu berbakti dan berbuat baik kepada orang tua dalam hal kebaikan baik di waktu orang tua masih hidup maupun setelah wafat.
Berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain) sebagai hak mahluk sesudah menunaikan hak Allah.
Berbuat baik  kepada kedua orang tua adalah suatu bentuk ibadah yang di utamakan dan merupakan salah satu syarat untuk meraih surganya Allah.

B.     Saran
Sebaiknya mulai saat ini kita menyadari bahwa kita tidak akan pernah ada dan bisa tumbuh seperti sekarang ini kalau bukan karena kasih sayang kedua orang tua kita, oleh karena itu, hendaklah kita selalu mentaati segala perintah kedua orang tua kita agar kita hidup bahagia di dunia maupun di akhirat nanti.


DAFTAR PUSTAKA


Al-Qur`anul Karim.
Al-Hadis.
Syarah an-Nawawi.
Al-Munawi, Faidhul Qodir.
A Husaini Hasyim Majid, Syarah Riyadhush Shalihin, Jilid 2, Surabaya: PT. Bina   Ilmu, 1993.
Chaniago Alfis M. H. Buya, Indeks Hadist dan Syarah, Jilid 2, Jakarta: CV. Alfonso Pratama, 2008.


[1]  Hadis Riwayat Muslim
[2] Syarah an-Nawawi 16/208-209
[3] Faidhul Qodir, al-Munawi 4/34
[4] Hadis Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9
[5] Majid Hasyim Husaini A, Syarah Riyadhush Shalihin Jilid 2, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1993), Hal. 3
[6] Hadis Riwayat Bukhari.
[7] Buya H. M. Alfis Chaniago, Indeks Hadist dan Syarah Jilid 2, (Jakarta: CV. Alfonso Pratama, 2008), Hlm.525
[8]  Al- Qur`an surat . An-Nisaa (4): 1
[9] Buya H. M. Alfis Chaniago, Hlm. 527
[10] Riwayat Abu Ya`la melalui Ibnu Umar r.a
[11] Buya H. M. Alfis Chaniago, Hlm.527