Senin, 07 April 2014

Makalah Psikologi Pendidikan, Teori Belajar Behavioristik

                                                                         BAB
                                                                   Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Efektivitas dan efisiensi belajar dan pembelajaran peserta didik sangat bergantung kepada peran guru. Metode penyampaian materi pembelajaran merupakan tolak ukur tercapai tidaknya tujuan belajar, yaitu agar peserta didik atau murid yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dapat mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.
Guru sebagai salah satu unsur pendidik harus memiliki kemampuan memahami bagaimana peserta didik belajar, kemampuan mengorganisasikan proses pembelajaran, serta dapat  memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya minat belajar dalam diri peserta didik agar tercapai standarisasi mutu pendidikan.
            Pemahaman guru terhadap teori pembelajaran masih beragam. Sebahagian guru mengajar tidak berlandaskan teori belajar tertentu. Dikarenakan mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh mutu pembelajaran, maka dari itu seorang guru haruslah memahami sistem mengajar yang tepat guna mengantar peserta didiknya mencapai  hasil yang diinginkan.
       Sebenarnya banyak teori-teori yang telah terbukti secara empiris dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Salah satu di antaranya adalah Teori Belajar Behavioristik. 
           Di dalam makalah ini, kami akan menjabarkan mengenai Teori Belajar Behavioristik.tersebut, yang merupakan tugas kelompok yang diberikan dosen Psikologi Pendidikan kepada kami selaku mahasiswa Pendidikan Agama Islam. 
            Semoga apa yang kami sampaikan pada makalah ini dapat menambah ilmu bagi kami khususnya dan bagi pembaca, bagi guru ataupun calon guru agar dapat memahami apa yg dimaksud denganTeori Belajar Behavioristik sebagai gambaran bagaimana baiknya mendidik  peserta didik yang tentunya berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda dengan tingkat kemampuan yang berbeda pula.
B.   Rumusan Masalah
1.     Apakah yang dimaksud dengan teori belajar behavioristik?
2.     Apa saja  kelemahan dan kelebihan dari teori belajar behavioristik?
C.    Tujuan
1.     Mengetahui pengertian teori belajar behavioristik dan landasan filosofinya.
2.     Mengetahui  keunggulan dan kelemahan teori belajar behavioristik.
3.     Untuk mengetahui manfaat teori belajar behavioristik dalam  mewujudkan tujuan belajar dan pembelajaran yang sesungguhnya.
4.     Mengenal tokoh-tokoh teori belajar behavioristik &  analis mereka.
BAB II
Teori Belajar Behavioristik
A.    Pengertian
Teori Belajar Behavioristik adalah teori proses belajar pada aliran psikologi yang dicetuskan oleh N.L. Gage dan David Berliner  tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.[1]
Menurut teori ini, belajar adalah perubahan pada tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau lebih tepatnya, perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuan untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Meskipun semua penganut aliran ini setuju dengan premis dasar ini, namun mereka berbeda dalam beberapa hal penting.
Aplikasi pembelajaran secara behavioristik membutuhkan 2 faktor, yaitu:
1.     Stimulus - Respon dan
2.     Reinforcement. 
Kedua faktor tersebut akan berpengaruh terhadap behavior atau perilaku/kebiasaan sebagai hasil pembelajaran. Berikut penjelasannya;
Stimulus adalah rangsangan yang diberikan kepada peserta didik. Stimulus ini merupakan input.  Ketika ada input yang masuk otomatis akan muncul output. Bentuk output dari rangsangan adalah respon bagaimana peserta didik berperilaku terhadap stimulus yang diberikan.  Perilaku tersebut merupakan perilaku kognitif yang bisa diukur, sehingga behavior bisa dikontrol sesuai dengan yang diharapkan. Faktor berikutnya adalah  reinforcement atau penguatan. Ini berupa besar kecilnya penguatan stimulus yang diberikan.  Dengan kekuatan stimulus yang berbeda maka respon yang dihasilkan juga berbeda. Disinilah pengajar berperan untuk memberikan besar rangsangan atau stimulus secara tepat.
Tujuan dari pembelajaran secara behavioristik adalah untuk mengubah perilaku. Dengan pengaturan reinforcement, maka perubahan perilaku/kebiasaan bisa didapat.

B.    Prinsip-Prinsip Dasar Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik memiliki prinsip-prinsip dasar yang perlu dipegang. Fungsinya agar pembelajaran secara behavioristik benar-benar bisa memperoleh hasil yang diharapkan. Menurut Gage dan Berliner, terdapat 6 prinsip pembelajaran behavioristik.  Prinsip-prinsip tersebut yaitu:[2]

1. Reinforcement and punishment yaitu: prinsip menambahkan atau mengurangi rangsangan. Sering juga dikenal sebagai positive and negative reinforcement. Atau secara mudahnya adalah prinsip memberikan dan menghapus rangsangan.
2.   Primary and secondary reinforcement yaitu: rangsangan berupa kebutuhan pokok manusia berupa makanan dan minuman serta kenyamanan. Sedangkan secondary reinforcement adalah rangsangan yang terpengaruh dari asosiasi seseorang.
3.  Schedules of reinforcement yaitu: prinsip mengenai pemberian stimulus secara terjadwal. Dengan pemberian rangsangan yang terjadwal maka respon juga bisa diketahui pengaruhnya.
4. Contingency management; merupakan prinsip yang berhubungan dengan kesehatan mental seseorang. Contingency management digunakan untuk memberikan perawatan kejiwaan kepada seseorang.
5. Stimulus Control in Operant Learning adalah prinsip mengendalikan rangsangan untuk menghasilkan perilaku yang diharapkan. Stimulus yang tidak terkendali akan menghasilkan perilaku output yang tidak sesuai.
6. The Elimination of Responses; merupakan prinsip penghapusan perilaku yang tidak diinginkan. Terkadang perilaku yang tidak diharapkan muncul. Oleh karena itu perilaku-perilaku tertentu sebagai output perlu dihilangkan.
C.    Tokoh-Tokoh Aliran  Behavioristik
     Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Ivan Petrovich Pavlov, William McDougall, Jonh Broadus Watson, Edwin Bisell Holt, Edward Chace Tolman dan B.F. Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik tersebut dan analisis mereka serta peranannya dalam pembelajaran.[3]
1.     Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Pavlov sebenarnya bukan seorang ahli psikolog melainkan ahli di bidang ilmu fisiologi (faal) yang berasal dari Rusia. Namun, Pavlov memiliki hasil eksperimen yang sangat menentukan dalam sejarah psikologi yaitu tentang refleks berkondisi (conditioned reflex). Dengan penemuannya ini Pavlov meletakkan dasar-dasar behaviorisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian-penalitian mengenai proses belajar dan perkembangan teori-teori tentang belajar. American Psychological Association (A.P.A.) mengakui bahwa Pavlov adalah orang yang terbesar pengaruhnya dalam psikologi modern di samping Freud.
Ia Mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapat pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. Pavlov melakukan percobaan terhadap seekor anjing yang diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing. Dari hasil percobaan, sinyal (pertanda) sangat penting dalam adaptasi hewan terhadap sekitarnya.
           Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi. Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
2.     William McDougall (1871-1938)
McDougall sebenarnya banyak meletakkan dasar-dasar bagi paham behaviorisme, tetapi ia tidak suka disebut sebagai pelopor behaviorisme. Ia menamakan ajarannya sebagai psikologi purposif (bertujuan) atau psikologi hormik (hormic psychology)
Pemikiran McDougall sebenarnya saling tumpang-tindih satu sama lain, di satu sisi ia ingin menjadikan psikologi ilmu yang bersifat obyektif sama seperti Pavlov (hanya melihat tingkah laku yang bisa diamati saja) namun di lain sisi ia juga menjadi salah satu pionir di dalam studi psikologi sosial yang lebih bersifat abstrak. McDougall mengungkapkan beberapa konsepnya dalam ilmu psikologi diantaranya adalah;[4]
1.     Psikologi Hormik
2.     Teori Insting
3.     Sentimen
4.     Teori mengenai jiwa kelompok (group-mind).
McDougall dalam bukunya Social Psychology (1909) mengemukakan bahwa tingkah laku dapat dikembalikan kepada insting-insting yang mendasarinya, khususnya dalam hal emosi. Ia mengatakan bahwa emosi takut dasarnya adalah insting melarikan diri, emosi heran dasarnya adalah insting ingin tahu dan emosi kasih sayang dasarnya adalah insting orang tua (parental).
3.     John Broadus Watson (1878-1958)
J.B. Watson adalah pendiri behaviorisme di Amerika Serikat. Karyanya yang paling penting adalah Psychology as the Behaviorist View lt (1913). Karya ini dan karya-karya berikutnya mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap psikologi tradisional yang waktu itu sangat mementingkan kesadaran. Watson berpendapat bahwa psikologi haruslah menjadi ilmu yang objektif, karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya dapat diteliti melalui metode instropeksi. Metode instropeksi tidak objektif dan karenanya tidak ilmiah.
Dalam bidang pendidikan pengaruh Watson cukup penting. Ia menekankan pentingnya pendidikan dalam perkembangan tingkah laku. Ia percaya bahwa dengan memberikan proses kondisioning tertentu dalam proses pendidikan, ia bisa membuat seorang anak mempunyai sifat-sifat tertentu. Ia menyatakan pendapatnya ini secara ekstrem dengan mengatakan: “Berikan kepada saya sepuluh orang anak, maka akan saya jadikan kesepuluh anak itu sesuai denga kehendak saya.”
4.     Edwin Bisell Holt (1873-1946)
Holt memberikan landasan-landasan filsafat pada ajaran-ajaran Watson, sehingga behaviorisme menjadi lebih dapat diterima dan menjadi lebih logis.
Menurut Holt, tingkah laku mempunyai tujuan, bukan sekedar rangkaian  refleks belaka. Dan, manusia adalah dinamis, karena tujuan tingkah laku manusia berubah-ubah dari waktu ke waktu. Atas dasar pemikirannya ini kemudian timbul konsep psikodinamik yang memberikan sumbangan besar pada timbulnya psikoanalisa dari Freud dan aliran psikodinamik dari Kurt Lewin.
5.     Edward Chace Tolman (1886-1959)
Tolman melanjutkan ajaran Holt dan McDougall dengan mengemukakan konsep psikologi purposif dalam behaviorisme. Ia mengatakan bahwa tingkah laku manusia secara keseluruhan adalah tingkah laku molar. Tingkah laku molar terdiri  dari tingkah laku-tingkah laku yang lebih kecil yang disebut tingkah laku molekuler. Contohnya, perbuatan makan adalah tingkah laku molar sedangkan gerakan-gerakan mengangkat sendok, mengambil makanan ke dalam piring, menyuapkannya ke dalam mulut adalah tingkah laku molekuler. Tujuan dari tingkah laku terletak pada tingkah laku molar, bukan pada tingkah laku molekuler. Tolman tidak menyetujui pendapat Watson yang lebih menekankan pentingnya tingkah laku molekular (refleks).
Behaviorisme dari Tolman disebut juga behaviorisme operasional, karena ia mencoba memformulasikan pemikirannya dalam rumus sebagai berikut :
B   =  f (S, A)
B   =  Behavior (tingkah laku)
   =  fungsi
S   =  Situasi
A  = Antecedent (hal-hal yang mendahului suatu situasi).
Jadi, tingkah laku adalah fungsi dari situasi dan hal-hal yang mendahului situasi tersebut. Adapun tugas psikologi menurut Tolman adalah mempelajari hubungan antara B dengan S dan A. Dengan cara ini Tolman berpendapat bahwa psikologi dapat mencapai obyektifitas yang maksimum.
6.     Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)
       Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori Operant Conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah“The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika.[5]
         Dalam merumuskan tentang tingkah laku, Skinner kurang sependapat dengan Tolman, menurut Skinner faktor A (Antecedent) adalah faktor yang sangat bervariasi dan sukar ditetapkan secara pasti dan sering dijadikan alasan oleh para peneliti yang tidak dapat menerangkan suatu tingkah laku. Skinner berpendapat bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh stimulus saja, tidak ada faktor perantara lainnya. Di dalam rumusnya, Skinner menghilangkan faktor Antecedent yang telah dibuat oleh Tolman, rumus ini dikenal dengan nama Teori S-R dari Skinner.
            Untuk menjelaskan Teori S-R nya, Skinner mengadakan sebuah percobaan melalui seekor tikus yang disebut Proses Kondisioning Operant (Operant Conditioning) yang sebenarnya tidak jauh berbeda dari proses kondisioning klasik dari Pavlov. Dalam Proses Kondisioning Operant terdapat juga stimulus tak berkondisi dan respon tak berkondisi (disebut tingkah laku responded). Tetapi kalau dalam percobaan Pavlov anjing percobaan mengeluarkan air liurnya secara pasif, maka dalam proses kondisitioning Skinner, binatang percobaan (tikus) aktif. Dengan sengaja tikus itu melakukan sesuatu untuk merubah situasi, untuk memenuhi kebutuhannya atau memuaskan dirinya. Karena itu respons berkondisi dalam percobaan Skinner disebut sebagai respons operant atau tingkah laku operant (operant behavior), sedangkan stimulus berkondisinya disebut stimulus operant.[6] Skinner mengidentifikasi tiga jenis respons atau operant yang dapat mengikuti perilaku yaitu:[7]
1.   Operants Netral: Respons dari lingkungan bahwa baik peningkatan maupun penurunan kemungkinan perilaku yang berulang-ulang.
2.  Reinforcers: Respons dari lingkungan yang meningkatkan kemungkinan perilaku yang berulang-ulang. Reinforcers dapat bersifat positif atau negatif.
3. Punishers: Respon dari lingkungan yang mengurangi kemungkinan perilaku yang berulang-ulang. Hukuman melemahkan perilaku.
D.    Kekurangan Dan Kelebihan Teori Belajar Behavioristik
1.     Kekurangan
1) Dalam penerapan Teori Belajar Behavioristik, peserta didik mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dari guru dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif (teacher centered learning). Hal ini dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi peserta didik untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Yang mengakibatkan peserta didik menjadi pasif.                             
2)   Penggunaan hukuman untuk tujuan pendisiplinan peserta didik (Teori Skinner) baik hukuman verbal maupun fisik, seperti kata–kata kasar, ejekan, jeweran dll, justru berakibat buruk bagi peserta didik.
2.     Kelebihan
1) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung (reward) seperti diberi permen atau pujian.
2)  Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
BAB III
Penutup

Simpulan
1.   Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Sehingga teori belajar behavioristik bisa disebut juga dengan teori tingkah laku.
2.  Dari beberapa eksperimen para tokoh aliran behavioristik menggunakan binatang sebagai objek eksprimen, padahal binatang tidak mempunyai akal layaknya manusia. Dan dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia jelas berbeda dengan binatang.
3.   Behavioristik merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek–aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam kegiatan belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Sarlito W., Prof., Dr.  Berkenalan Dengan Aliran-Aliran Dan Tokoh-Tokoh Psikologi,  Jakarta: PT. Bulan Bintang, ed. III, 2002
http// WikipediA Ensiklopedia Bebas.
http://www.simplypsychology.org/operant-conditioning. Saul McLeod, Skinner, Operant Conditioning, published 2007, updated 2014.
Dakir, Prof., Drs., 1993.Dasar Dasar Psikologi .Yogyakarta; Pustaka Pelajar
Sugihartono,dkk., 2006, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta; UNY.,

 [1]http// WikipediA Ensiklopedia Bebas, Teori Belajar Behavioristik.

[3]Prof. Dr.Sarlito W. Sarwono,  Berkenalan Dengan Aliran-Aliran Dan Tokoh-Tokoh Psikologi, Bab. Refleksisme Psikologi Purposf Dan Behaviorisme, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, ed. III, 2002)

[4] Prof. Dr Sarlito W. Sarwono, hlm 111-113
[5] http//Psychology UNP Forum, Profil  BF. Skinner, (Padang: 20 Februari 2009)

[6] Baca juga: Prof. Dr.Sarlito W. Sarwono,  hlm., 118-119
[7]http://www.simplypsychology.org/operant-conditioning. Saul McLeod, Skinner, Operant Conditioning, published 2007, updated 2014

1 komentar: