Kamis, 29 Oktober 2015

INTEGRITAS ANTARA ILMU DAN AMAL

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

            Seluruh umat  Islam telah menerima paham, bahwa hadits adalah pedoman hidup yang utama, setelahAl-Qur’an. Hadits dan Al-Qur’an selalu bersangkutan, begitu pula dengan ilmu dan amal. Hubungan ilmu dan amal dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah pemimpin amal perbuatan dan amal akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu.
Jika manusia mempunyai ilmu namun miskin akan amalanya maka ilmu tersebut sia-sia. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigm  ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera, bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata dalam firman-Nya; (QS. At – Thalaq: ayat 2 – 3 ).
Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan”.

B.     Rumusan Masalah

            Adapun perumusan masalah dalam penulisan makalah ini,  yakni agar dapat memmahami aspek-aspek hadis dalam pembelajaran PAI mengenai “Integritas Antara Ilmu dan Amal” yang menjadi topic makalah ini.

C.     Tujuan

            Dalam penyusunan makalah ini, bertujuan sebagai tugas kelompok mata kuliah Hadits II.Selain itu makalah yang kamu tulis bertujuan meningkatkan mutu pendidikan serta pemahaman lebih jelas mengenai “Integritas Antara Ilmu dan Amal” besar harapan semoga makalah yang kami tulis dapat dimanfaatkan bagi penulis dan para pembaca.


BAB II
INTEGRITAS ANTARA ILMU DAN AMAL

A.  Pengertian Ilmu dan Amal

1.      Ilmu
Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh hakikat ilmu,mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum, artinya ialah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan.Jadi ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan.Dengan pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya[1].

2.      Amal
Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut.Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala yang berlipat di akhirat.
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT.Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama.Ilmu dalam dalam ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain[2].
Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia. Misalnya pengembangan sains akan memberikan kemudahan dalam lapangan praktis manusia. Demikian juga pengembangan ilmu-ilmu sosial akan memberikan solusi untuk pemecahan masalah-masalah di masyarakat.

3.      Hubungan Antara Ilmu Dan Amal
Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal.Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan.Amal boleh lurus dan berkembang bila didasari dengan ilmu.Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu baik itu yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya. Kedua jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia.Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia yaitu setelah berilmu lalu beramal.
Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-Qur'an sangat kental dengan nuansa–nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam. Keimanan yang dimiliki oleh seseorang akan jadi pendorong untuk menuntut ilmu, sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang tinggi dihadapan Allah yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk beramal shaleh. Dengan demikian nampak jelas bahwa keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal–amal shaleh. Maka dapat disimpulkan bahwa keimanan dan amal perbuatan beserta ilmu membentuk segi tiga pola hidup yang kokoh.Ilmu, iman dan amal shaleh merupakan faktor menggapai kehidupan bahagia.

4.      Sumber Ilmu Menurut Ajaran Islam
1)      Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma serta isyarat cepat yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut ayat Allah swt “Qur’aniyah”
2)      Akal , yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh Allah swt untuk berpikir dan menganalisa semua yang ada dan wujud diatas dunia yang disebut ayat Allah “Kauniyah”
Ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.

5.      Hubungan Antara ilmu dan Amal Dalam Kehidupan.
Sumber pokok ilmu pengetahuan menurut Islam adalah wahyu dan akal yang keduanya tidak boleh dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan dengan mengembangkan akalnya dengan catatan dalam pengembangan tersebut tetap, terikat dengan wahyu dan tidak akan bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga ilmu pengetahuan dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu yang bersifat abadi yang tingkat kebenarannya bersifat mutlak dan ilmu yang bersifat perolehan yang tingkat kebenarannya bersifat nisbi. Menuntut ilmu pengetahuan mendalami ilmu agama bertujuan untuk mencerdaskan umat dan mengembangkan agama Islam agar dapat disebarluaskan dan dipahami oleh masyarakat.Tiga macam kewajiban ilmu pengetahuan bagi orang mukmin:
1)      Menuntut ilmu, walaupun sampai ke negeri cina.
2)      Mengamalkannya
3)      Mengajarkan kepada orang lain tanpa pilih kasih
Sistem hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.Allah juga memberikan tuntunan agar motifasi dan niat belajar serta menuntut ilmu itu hanya semata-mata karena Allah SWT.Seperti di QS Al-Alaq:1-5. Alasan mencari ilmu yang motifasinya harus wajib karena Allah SWT:
1)      Karena ilmu yang dicari itu bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat
2)      Ada kesungguhan bagi yang menuntutnya karena dorongannya hanya satu yaitu perintah Allah SWT.
3)      Tidak akan kecewa berat apabila tujuannya tidak tercapai karena semuanya telah diatur oleh Allah yang maha Bijaksana.

Menurut HR.Al-Baihaqi,”Betapa wajib dan pentingnya hubungan sinerki antara ilmu,dan amal perbuatan,sehingga mencari ilmu dalam kondisi apapun dalam orang mukmin merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa diabaikan serta dalam mengamalkannya yang dilandasi iman karena Allah SWT”.
Hubungan ilmu dan amal dalam kehidupan adalah sebagai berikut:
a.       Dalam konsep ilmu pengetahuan dan teknologi
b.      Dalam ilmu teknologi modern merupakan penerapan praktis ilmu pengetahuan
c.       Kewajiban manusia menjaga alam dari kerusakan dan fasad.
d.      Mencegah kerusakan alam sebab perbuatan manusia
Karena fungsi utama manusia pada lingkungan atau alam adalah sebagai :
a.       Hamba Allah adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan manusia kepada kebenaran dan keadilan Allah SWT.
b.      Khalifah di bumi adalah manusia mempunyai tanggung jawab untk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan tempat mereka bertempat tinggal.
Berdasarkan Hr.Muslim, “kita mengetahui begitu besar pahala orang yang membuat teladan yang baik dan betapa besar dosa orang yang menjadi contoh kejahatan maka kita hendaknya berusaha sekuat tenaga untuk berbuat baik yang sekiranya bermanfaat bagi masyarakat banyak dan hindari perbuatan jahat yang merugikan diri sendiri maupun masyarakat pada umumnya”.[3]

B.     HADITS YANG TERKAIT DENGAN INTEGRITA ILMU DAN AMAL

1.      Buah Ilmu adalah Amal[4]
a)      Al Khātib Al Baghdadi rāhimahullāhmengatakan,
فإن العلم شجرة, و العمل ثمرة. و ليس يعدّ عالما من لم يكن بعلمه عاملا
“Sesungguhnya ilmu adalah pohon, sedangkan amal adalah buahnya. orang yang tidak mengamalkan ilmunya tidaklah dianggap sebagai orang yang berilmu”


b)      Abdullah Ibnul Mu’tazzi rāhimahullāhmengatakan,
علم بلا عمل كشجرة بلا ثمرة
“Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah”

c)      Abu Darda’ rādhiyallāhu ‘anhu mengatakan,
إنما أخشى يوم القيامة أن يناديني ربي على رؤوس الخلائق,فيقول : يا عويمر!
 ما ذا عملت فيما علمت؟
“Sesungguhnya yang aku takutkan hanyalah ketika Rābb-ku memanggilku di hadapan seluruh manusia di hari kiamat kelak, kemudian Dia bertanya : ‘Wahai ‘Uwaimir (Abu Darda’), apa yang telah kamu amalkan dari ilmumu?”

2.      Ancaman Bagi Orang Yang Tidak Mengamalkan Ilmunya.[5]
Adapun ancaman bagi orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya seperti di dalam Al Qur’an dan As Sunnah, Allāh dan Rasul-Nya mengancam orang yang telah berilmu, bahkan mendakwahkannya, tetapi tidak mengamalkannya.
a)      Allāh Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا
 مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan? Sungguh besar murka Allāh jika kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan” (QS. Ash Shāff : 2-3)[6]
b)      Dari Usamah bin Zaid rādhiyallāhu ‘anhu, Rāsulullah shāllallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُجاء بِرَجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُلْقَى فِي النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُه أي تخرج أمعاؤه فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِالرَّحَى، فَيَأتيه أَهْلُ النَّارِ، فَيَقُولُونَ: أي فُلَانُ! مَا شأنكَ؟ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُنا بِالْمَعْرُوفِ، وَتَنْهَانا عَنِ الْمُنْكَرِ؟ قال: بَلَى، كُنْتُ آمُرُكم بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ، وَأَنْهَاكم عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ
“Pada hari kiamat, didatangkanlah seseorang kemudian ia dicampakkan ke neraka. Lalu  ususnya tercerai berai, dan ia berputar-putar seperti keledai yang memutar mesin penggiling gandum. Maka penghuni neraka pun mendatanginya dan bertanya : ‘Wahai fulan, ada apa denganmu? Bukankah kamu dulu memerintahkan kami untuk berbuat kebajikan dan melarang kami dari kemungkaran?!’ Dia menjawab : ‘Betul. Dahulu aku menyuruh kalian berbuat kebajikan sedangkan aku tidak mengerjakannya. Dan aku melarang kalian dari kemungkaran sedangkan aku malah melakukannya” (Muttafaqun ‘alaihi)

c)      Dari Anas bin Malik rādhiyallāhu ‘anhu,
أن النبي عليه الصلاة و السلام رأى لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِه قَوْما تُقرضُ شِفَاهُهُمْ
 بِمَقَارِيضَ مِنْ نَارٍ. فقَالَ: مَنْ هَؤُلَاءِ؟ قَالُوا :هَؤُلَاءِ خُطَبَاءُ مِنْ أمتك
, يَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ، وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ، وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ، أَفَلَا يَعْقِلُونَ
 “Bahwasanya Nabi shāllallāhu ‘alaihi wa sallam pada hari dimana beliau melakukan isra melihat suatu kaum yang bibir mereka digunting dengan gunting dari neraka. Lalu beliau bertanya : ‘Siapakah mereka?!’ Para malaikat menjawab : ‘Mereka adalah para khāthib dari umatmu. Mereka menyuruh manusia untuk berbuat kebajikan dan mereka melupakan diri mereka sendiri sedangkan mereka membaca Al Kitab. Apakah mereka tidak berpikir?’ “ (HR. Ahmad)

Itulah ancaman keras bagi orang-orang yang telah berilmu, bahkan mendakwahkannya, namun mereka melupakan diri mereka sendiri, tidak mengamalkan ilmu yang mereka ketahui.Orang yang tidak mengamalkan ilmunya sebagaimana sebuah lilin. Mereka menerangi jalan manusia yang ada di sekitarnya tetapi mereka malah membakar dirinya sendiri. Na’udzubillahi min dzalik.

3.    Celaan Bagi Orang Yang Tidak Menyibukkan Diri Dengan Beramal[7]
a)      Abu Hurairah rādhiyallāhu ‘anhu berkata,
مثل علم لا يعمل به كمثل كنز لا ينفق في سبيل الله عز و جل
“Perumpamaan ilmu yang tidak diamalkan seperti harta simpanan yang tidak diinfakkan di jalan Allāh ‘Azza wa Jalla” (Diriwayatkan oleh Al Khāthib)

b)      Imam Ahmad rāhimahullāh ditanya tentang seseorang yang memperbanyak menulis hadits, beliau berkata,
ينبغي أن يكثر العمل به على قدر زيادته في الطلب
“Sepatutnya dia memperbanyak amalan berbanding lurus dengan semakin banyaknya dia mencari hadits”

c)      Al Hasan Al Bashri rāhimahullāh berkata,
أنزل القرآن ليعمل به, فاتّخذ الناس تلاوته عملا
 “Al Qur’an itu diturunkan untuk diamalkan. Sementara orang-orang menjadikan sekedar membacanya sebagai amalan semata”

Ibnul Jauzy rāhimahullāh menjelaskan ucapan Al Hasan tersebut,“Yakni mereka mencukupkan diri dengan sekedar membacanya saja dan tidak mengamalkan kandungannya ”Seseorang berkata kepada Ibrāhim bin Adham,

Allāh Ta’ala berfirman,
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya untuk kalian “(QS. Al-Mu’min:60)

Maka bagaimana dengan kami? Kami berdo’a tetapi Allāh tidak mengabulkannya untuk kami?” Lantas beliau menjawab, “Hal itu disebabkan 5 hal” Orang tersebut bertanya, “Apa  saja itu?” Beliau menjawab: 1. Kalian telah mengenal Allāh, tetapi kalian tidak menunaikan hak-Nya. 2. Kalian membaca Al Qur’an, tetapi kalian tidak mengamalkannya. 3. Lalu kalian mengatakan : ‘Kami mencintai Rāsul shāllallāhu ‘alaihi wa sallam’, tetapi kalian meninggalkan sunnahnya. 4. Kalian mengatakan: ‘Kami melaknat iblis’, tetapi kalian malah menaatinya.Yang k-5.Kalian tidak menghiraukan aib yang ada pada diri kalian, tetapi sibuk mengurusi aib orang lain”

d)     Sufyan bin ‘Uyainah rāhimahullāhmengatakan,
العلم إن لم ينفعك ضرك
“Jika ilmu tidak bermanfaat bagimu, maka ia akan membahayakanmu”

Al Khāthib menjelaskan, Maksudnya adalah jika ilmu tidak memberikan manfaat bagi seseorang, yakni dengan mengamalkannya, maka ilmu tersebut akan membahayakan dirinya karena akan menjadi bumerang baginya”

e)      Abdullah bin Al Mu’tazzi rāhimahullāh mengatakan,
علم المنافق في لسانه, و علم المؤمن في عمله
“Ilmunya orang munafiq itu ada di lisannya, sedangkan ilmunya orang mukmin itu ada di amalannya”

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh hakikat ilmu, mengetahui, dan yakin.Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum, artinya ialah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan.Dan secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut.Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala yang berlipat di akhirat.
Integritas antara ilmu dan amal:
1.      Buah Ilmu adalah Amal
2.      Ancaman Bagi Orang Yang Tidak Mengamalkan Ilmunya
3.      Celaan Bagi Orang Yang Tidak Menyibukkan Diri Dengan Beramal
Jadi kita makhluk yang paling sempurna dibumi Allah ini kita patut mengamalhan ilmu yang kita miliki, apa gunanya jika kita memiliki ilmu tapi tidak di amalkan. Maka dari itu kita harus pandai-pandai bersyukur atas limpahan nikmat-Nya kepada kita.

B.     Saran
Demikian isi makalah kami ini.Dan kami menyadari bahwasannya makalah yang kami buat ini belum sempurna mungkin masih ada beberapa kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik lagi, jika terdapat kata-kata yang salah dalam penulisan makalah kami ini, kami mohon maaf.


DAFTAR PUSTAKA


Hasbi, Ash-shiddiqi, Pokok-pokok Ilmu Dirayatu’l Hadits, Jakarta: Bulan Bintang, 2001Ajjaj Al-Khathib, Muhammad, Ushulu’l Hadits, Yogyakarta: Teras, 2009
Departemen agama RI, Alhidayah Al-Qur’an Tafsir, Tangerang Selatan: Departemen Agama RI,2011
Yunus, Mahmud, Ilmu Mushthalahi’l Hadits, Jakarta: PT.Hidakarya Agung. Januari, 1989




[1] Ash-shiddiqi hasbi, Pokok-pokok Ilmu Dirayatu’l Hadits,(Jakarta: Bulan Bintang, 2001), h.22
[2]Ibid
[3]Ibid
[4] Muhammad Ajjaj Al-Khathib, Ushulu’l Hadits,(Yogyakarta: Teras, 2009),  h.123
[5]  Mahmud Yunus, Ilmu Mushthalahi’l Hadits, (Jakarta: PT.Hidakarya Agung. Januari, 1989), h.256
[6]Departemen Agama RI, Alhidayah Al-Qur’an Tafsir, Tangerang Selatan: Departemen Agama RI, 2011
[7]Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar