Senin, 26 Oktober 2015

“STUDI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN”

TUGAS KULIAH

Resume Buku:
“STUDI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN”
Karangan:
Asrori Mukhtarom, S.H., M.A 
dan 
Milana Abdillah, S.Pd.I., M.A.

Nama            :  Hj. Linda Sari Lintang
NIM              :  13149211164
Semester      :  IV
Kelas            ;  B
Prodi             :  PAI 2015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN AKADEMI/ 2015

BAB   I
SEJARAH PEMBAHARUAN ISLAM

A.    Pengertian Pembaharuan
Secara etimologi (bahasa) berarti proses, perbuatan, cara memperbarui, proses mengembangkan adat istiadat, metode preduksi atau cara hidup baru yang juga identik dengan istilah modernisasi. Dalam bahasa Arab modernisasi diterjemahkan menjadi tajdid atau islah (memperbaiki) dan juga reformasi (menyususn kembali) sehingga pembaharuan disebut juga gerakan tajdid, gerakan islah maupun gerakan reformasi. Modernisasi (pembaharuan) juga berarti “proses penggeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup  sesuai dengan tutunan hidup masa  kini”
Tujuan pembaharuan dalam Islam: Untuk merubah ajaran-ajaran Islam yang tidak bersifat mutlak (penafsiran/interpretasi dari ajaran-ajaran yang bersifat mutlak) yang mencakup aspek-aspek diantaranya: teologi, hukum, politik, lembaga-lembaga dan seterusmya.
Pembaharuan yang dianjurkan dalam Islam bukanlah  Westernisasi dalam arti pembaratan dalam cara pikir, bertingkah laku dan sebagainya yang bertentangan dengan ajaran Islam, akan tetapi pemikiran terhadap agama yang harus diperbaharui dan direformasi, pemikiran modern yang menimbulkan reformasi dalam agama, dan hal ini tidaklah mungkin timbul dari pola  pikir yang sempit. Penambahan ilmu pengetahuan akan memperluas pandangan terhadap keseluruhan soal kehidupan, dapat melapangkan pikiran dan memelihara keortodokan agama.   
Beberapa komponen yang menjadi ciri aktifitas pembaharuan antara lain:
1. Baik pembaharuan maupun modernisasi akan selalu mengarah kepada upaya perbaikan secara simultan.
2. Perbaharuan meniscayakan adanya pengaruh yang kuat ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Upaya pembaharuan biasanya juga dilakukan secara dinamis, inovasi dan progresif sejalan dengan perubahan cara berpikir seseorang.

B.     Sekilas Tentang Sejarah Pembaharuan Dalam Islam
Latar belakang munculnya pembaharuan pemikiran Islam di dalam bidang agama, social dan pendidikan, dikarenakan terjadinya berbagai macam kemunduran pada umat Islam ketika itu (dimulai dari abad ke 12) diantaranya:
1.      Krisis dalam bidang social politik.
2.      Krisis dalam bidang keagamaan.
3.      Krisis dalam bidang pendidikan Islam dan ilmu pengetahuan.

Menurut Mahasri Shobiyah, pembaharuan tersebut meliputi seluruh bidang kehidupan,yang pada intinya dapat dibedakan menjadi dua bidang utama yakni:

1. Bidang Akidah dan Ibadah, memurnikan ajaran Islam (purikalisasi)  dari unsur-unsur asing. 
2.  Bidang Mu`amalah Dunyatariyah, upaya modernisasi atau pengembangan dalam aspek social, ekonomi, politik, budaya dan khususnya dalam bidang pendidikan.

Tokoh-tokoh pembaharuan Islam antara lain:
1.      Ibnu Taimiyah (Turki, 1263-1328)
2.      Muhammad Ibnu Abdul Wahab (Uyainah/S. Arabia, 1730-1791)
3.      Jamaluddin Al-Afgani (Asadabad/Afganistan, 1838-1897)
4.      Muhammad Abduh (Gharbiyah/Mesir, 1848-1905)
5.      Rasyid Ridho (Suriah, 1865-1935)
6.      Muhammad Ali Pasya (Mesir)
7.      Sultan Ahmad III (Turki)
8.      Sultan Mahmud II (Turki)
9.      Sayyid Ahmad Khan (India, 1817-1898)  

BAB II
K.H. AHMAD DAHLAN: 
RIWAYAT HIDUP SERTA AMAL DAN PERJUANGANNYA.

A.    Latar Belakang Keluarga
K.H. Ahmad Dahlan lahir 1 Agustus 1869 di Kauman Yokyakarta, wafat 23 Februari 1923 di Karangkajen Yokyakarta Beliau merupakan putera keempat dari tujuh bersaudara dari pasangan K.H. Abu Bakar dan Siti Aminah. Dilihat dari silsilah keturunannya, K.H. Ahmad Dahlan merupakan keturunan kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, yaitu salah seorang Walisongo yang merupakan penyebar ajaran Islam di Jawa. K.H. Ahmad Dahlan mempunyai tujuh orang putera dan empat orang istri. Istri pertama beliau bernama Siti Walidah yang akrab dipaling dengan Nyai Dahlan adalah pendiri “Aisyah” dan juga termasuk salah satu pahlawan Indonesia.

B.     Latar Belakang Pendidikan
K.H. Ahmad Dahlan tidak pernah mendapat pendidikan formal karena pada saat itu banyak orang Islam melarang anak-anak mereka memasuki sekolah Gubernemen (sekolah Belanda). Beliau belajar membaca dan menulis dari ayahanda, sahabat dan saudara-saudara iparnya. Pada usia delapan tahun beliau telah dapat membaca Al-Qur`an dengan lancar sampai khatam.
Ketika beranjak remaja K.H. Ahmad Dahlan mulai belajar dan membaca buku-buku tentang Islam. Beliau belajar beberapa ilmu Islam dari beberapa guru sehingga membentuk kepribadiannya yang arif dan pengetahuan agamanya yang luas. Ketika remaja beliau berangkat  ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Kesempatan tersebut dipergunakan sebaik-baiknya untuk menuntut ilmu agama.
Pada tahun 1903 beliau kembali berangkat ke Mekkah dan menetap di sana selama lebih kurang dua tahun untuk memperdalam imu fiqh dan ilmu hadis. Untuk  ilmu  hadis belajar kepada Sayyid Babu al-Sijjil dan Syeikh Ahmad Khatib yang juga merupakan guru K.H. Hasyim Asy`ari pendiri Nahdatul Ulama.

C.    Amal dan Perjuangan
K.H. Ahmad Dahlan dikenal sebagai sosok seorang ulama yang sedikit berbicara tetapi banyak beramal, sedikit berteori tapi banyak berbuat.
Beliau mengajarkan anak muridnya untuk membaca surat al-Ma`un berulang-ulang sehingga muridnya merasa bosan dan ahkirnya menyadarkan anak muridnya bahwa al-Qur`an bukan sekedar untuk dibaca akan tetapi hendaknya diamalkan dalam wujud nyata.
Salah satu contoh bentuk konkrit aplikasi dari makna surat al-Ma`un adalah gerakan membangun panti asuhan bagi anak yatim dan menolong fakir mikin, yang di dalam organisasi Muhammadiyah dikenal denagn sebutan “Gerakan al-Ma`un”.
Sebagai seorang tokoh yang dikenal sebagai pembaharu pemikiran Islam di Indonesia, pembaharuannya meliputi berbagai bidang, seperti:
1.      Bidang Keagamaan             
Kontribusi K.H. Ahmad Dahlan di Bidang Keagamaan antara lain:
a. Memberantas penyakit masyarakat Islam saat itu yakni, tahayul, bid`ah dan khurafat
b.Upaya meluruskan arah kiblat                                          
2.      Bidang Pendidikan
a.Tenaga pengajar agama/mengajar anak-anak yang menjadi murid ayahnya di Musholah
b. Mendirikan sekolah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah pada 1 Desember 1911 (sekolah pertama Muhammadiyah)
c. Mendirikan sekolah guru: Madrasah Mu`alimin Muhammadiyah (Kweekschool Muhammdiyah) dan Madrasah Mu`alimat Muhammadiyah
d. Mendirikan Hazhul Wathon (organisasi kepanduaan pertama di Indonesia) pada tahun 1918
3.      Bidang sosial politik     
Dalam sejarah perjalanan hidupnya, K.H. Ahmad Dahlan pernah memasuki:
a.Organisasi Budi Utomo yang merupakan organisasi nasional yang kemudian menjadi awal kebangkitan semangat kebangsaan Indonesia.
b. Jumi`at Khoir yaitu satu-satunya organisasi Islam yg mempunyai hubungan baik dengan negara-negara Islam saat itu.
c.  Serikat Islam (SI)
Ketiga organisasi diatas dimasuki K.H. Ahmad Dahlan, disamping karena terdorong oleh rasa kebangsaan, juga karena menurut pandangannya ketiganya dapat dijadikan wadah untuk menyampaikan dakwahnya yang  mengandung ide-ide pembaharuan.
Selama aktif di organisasi-organisasi tersebut ia sudah mulai melihat benih-benih ide yang akan ia tanamkan mulai berkembang dan merasa perlu untuk mendirikan sebuah wadah dalam bentuk organisasi  untuk menghimpun mereka yang memiliki ide yang sama dalam menjalankan perjuangannya. Atas dasar pemikiran serta dorongan para murid serta teman-temannya maka pada tanggal 18 Nopember 1912 M/8 Dzulhijah 1330 H. K.H. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi yang dikenal dengan nama Muhammadiyah.

BAB III
STUDI KEMUHAMMADIYAHAN:
KAJIAN IDEOLOGIS DAN ORGANISATORIS

A.    Identitas Perjuangan Muhammadiyah
Muhammadiyah merupakan gerakan Islam dan dakwa amal ma`ruf nahi munkar. Berakidah Islam dan bersumber pada al-Qur`an dan Sunnah. Muhammadiyah juga dikenal sebagai gerakan Tajdid.  Maka dari perjuangan Muhammadiyah disebut sebagai gerakan Islam, Dakwah dan Tajdid.

B.     Landasan Ideal Muhammadiyah
Maksudnya adalah landasan normatif bagi pelaksanaan dan aktifitas Muhammadiyah, yang meliputi:
1.      Muqadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
2.      Kepribadian Muhammdiyah.

C.    Landasan Operasional Muhammdiyah
Yang dimaksud landasan operasinal Muhammaddiyah adalah segala sesuatu yang dijadikan pijakan persyerikatan Muhammadiyah dalam menjalankan aktivitas-aktivitas untuk mencapai maksud dan tujuan.
Unsur-unsur operasional tersebut adalah:
1.      AD/ART Muhammadiyah
2.      Khitah Perjuangan Muhammadiyah
3.      Visi dan Misi Muhammadiyah
4.      Keputusan-keputusan Muhammadiyah

BAB IV
MUHAMMADIYAH DAN PENDIDIKAN

A.   Sejarah Pendidikan di Muhammadiyah
Pendidikan Muhammadiyah sudah lebih dari seratus tahun,. Lebih tua dari usia pendidikan Nasional
Menurut Muhammadiyah, untuk lepas dari pasungan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan yang memasung bangsa ini adalah melalui pendidikan. 
Menurut pendiri Muhammdiyah, K.H.Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. 
Dan pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan umat.
Muhamaddiyah sebagai gerakan tajdid (reformasi) selalu melakukan inovasi dan pembaharuan pendidikan ke arah positif dan pendidikan yang diusungnya disesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal tersebut menjadikan pendidikan Muhammadiyah tetap eksis dan tak lekang oleh waktu
Inovasi dalam pendidikan bagi Muhammadiyah bukanlah sesuatu hal yang mustahil tetapi harus terus dikembangkan selama inovasi tersebut tidak melanggar prinsip-prinsip Islam.

B.     Karakteristik Pendidikan Muhammadiyah
Hadirnya Muhammadiyah memberikan angin pembaharuan bagi system pendidikan di Indonesia. Sejak awal didirikan, Muhammadiyah  menawarkan dua konsep pendidikan yaitu:

1.      Pendidikan yang  integralistik,
Sebelumnya, system pendidikan saat itu memisahkan antara ilmu agama dan ilmu umum. Kemudian oleh K.H. Ahmad Dahlan  diintegrasikan menjadi suatu kesatuan ilmu dalam suatu lembaga pendidikan. Sebagai salah satu implikasinya, system pendidikan pesantren yang hanya sebatas mempelajari ilmu-ilmu agama yang menekankan kepada penguasaan kitab-kitab klasik, kemudian dalam ssitemnya memasukkan pelajaran ilmu-ilmu umum. Begitupun  sebaliknya, sekolah-sekolah modern kemudian memasukkan ilmu-ilmu agama dalam pelajarannya.
Muhammadiyah ingin menyajikan pendidikan yang dapat melahirkan manusia utuh dan seimbang kepribadiannya, tidak terbelah menjadi manusia yang berilmu umum saja atau berilmu agama saja.
Dengan diintegrasikannya system tersebut maka akan melahirkan manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai "ulama intelek" atau “intelek ulama" yaitu: seorang Muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani.

2.      Pendidikan yang progresif
Makna progresif adalah “ke arah kemajuan”. Seperti pesan K.H. Ahmad Dahlan sebelum beliau wafat, “Jadilah kyai yang maju, kemudian mengabdilah kepada Muhammadiyah”

Dalam kontek pendidikan pesan tersebut sesungguhnya mengisyaratkan kepada kita bahwa K.H. Ahmad Dahlan menginginkan agar peserta didik kelak mengintegrasikan antara iman dan kemajuan, sehingga menjadi generasi Muslim terpelajar yang kuat iman dan kepribadiannya, sekaligus mampu menghadapi tantangan zaman.

Linda lintang 14 April 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar